DETECTIVE AND MAFIA Mens Vincit Omnia |
Selamat datang di forum Detective and Mafia, silakan perkenalkan diri di Perkenalan member baru agar resmi menjadi member Detective and Mafia Selamat datang di DA MSilakan baca petunjuk, peraturan dan tata cara bermain forum Di sini sebelum melakukan aktivitas di forum |
| | |
Pengirim | Message |
---|
Rima Newbie
Age : 30 Reputation : 0 Jumlah posting : 159
| Subyek: Penulis Yang Hilang Fri Mar 01, 2013 3:13 pm | |
| First topic message reminder :- Spoiler:
‘Hidup ini penuh kebohongan. Aku bosan. Aku ingin mati.’
Aku melihat secarik kertas lusuh yang disodorkan Akira kepadaku. “Apa ini?”
“Selembar kertas yang aku temukan di meja belajar Airi. Aku tidak percaya kalau dia…”
“Kurasa itu hanya salah satu cerita karangannya. Berpikirlah positif.”
Kulihat Akira hanya mengangguk pelan, kemudian kembali mencari bukti-bukti hilangnya teman sekolah kami, Airi. Airi adalah seorang penulis kebanggaan kota kami. Ia seorang cewek yang sangat sangat pendiam dan begitu tertutup. Aku tidak begitu mengenalnya, karena memang tidak pernah sekelas dan tidak pernah bertatap muka. Mana mungkin seorang penulis terkenal mau berteman dengan cewek sederhana sepertiku?
Sudah tiga hari ini Airi menghilang, bahkan ia tidak pulang ke rumahnya. Yang membuatku heran adalah ayah satu-satunya menganggap hal yang luar biasa ini menjadi biasa. Ia hanya berpikir bahwa Airi hanya mencari ide untuk menulis. Dan katanya ini juga sering terjadi. Gila, bukan? Akira, teman kecilku yang menarikku ke sini, sudah dari kemarin ke rumah Airi untuk memeriksa apakah penulis itu sudah kembali. Tapi ternyata, wanita pujaan Akira itu tidak kembali. Karena itu aku ditarik untuk berpura-pura menjadi teman dekat Airi yang ingin mengambil barang yang dipinjam Airi. Dengan itu, Akira bisa mencari bukti bahwa Airi memang benar baik-baik saja seperti yang dibilang Ayah Airi sendiri.
“Apa ayahnya juga tidak melapor ke polisi?” aku bertanya pada Akira ketika Ayah Airi, Paman Jun, meninggalkan kami di kamar Airi.
“Ya. Ia juga bersikeras melarangku untuk melapor ke polisi. Ia bilang kalau nanti Airi kembali itu akan merusakkan citra Airi sendiri. Ah, sial!!!”
“Kenapa kau berbuat sejauh ini untuk wanita yang bahkan kau belum pernah berbicara kepadanya?”
“Hahaha..jangan salah. Aku sudah sering berbicara kepadanya.”
“Benarkah?”
“Hey, kalian…” suara Ayah Airi yang datang dari pintu mengagetkanku. Dengan canggung, kami berdua mulai tampak seperti orang mencari barang hilang. “Lihat! Airi baru saja mengirimi naskah cerpen untuk majalah edisi minggu depan.”
“Apa?” Akira berteriak kaget yang sepertinya bercampur senang. “Apa—apa ada yang aneh dengan naskah itu, ? Maksudku, bolehkah aku melihatnya, Paman Jun?”
“Tidak. Tidak ada yang aneh. Kau baca saja sendiri. Ceritanya tentang seorang gadis yang bermimpi menjadi pianis hebat, dia terus berlatih tetapi akhirnya gadis itu menyerah pada mimpinya karena sadar ia tidak akan bisa.” Ayah Airi menyodorkan naskah cepen itu kepada kami dan mulai membacanya.
Ya.Benar kata Ayah Airi. Cerpen Airi ini benar-benar tidak ada yang ganjal, sama sekali. Tapi bukan itu masalahnya, satu hal yang terpikir di otakku adalah apa benar ini cepen Airi? Apa benar Airi yang mengirimkannya ke sini? Jika benar, dimana ia sekarang? Apa yang ia lakukan sementara cerpen-nya ini sudah selesai?
“Kenapa ia mengirim ke rumah ini, Paman?” aku mulai bertanya kepadanya.
“Karena memang akulah yang akan mengantarkan naskah-naskahnya ke penerbit.”
Aku menaikkan alis curiga. “Benarkah? Kau bilang hal ini pernah terjadi sebelumnya. Kapan dan bagaimana?”
“Oh, apa kau mencurigaiku, Nak?” Ayah Airi tertawa kecil, “Ya. Sejak kelas satu Sekolah Menengah Atas. Pertama kali Airi menghilang satu hari di saat liburan semester satu berakhir. Awalnya ia bilang ingin mencari ide cerita baru dan tidak pulang satu hari karena menginap di hotel terdekat. Tentu sebagai ayahnya, aku melarangnya tapi ia tetap memaksa. Akhirnya aku memberinya uang saku lebih dan diam-diam mengikutinya. Ternyata dia hanya duduk di taman sepanjang malam dan menulis sesuatu di buku, setelah larut ia ke hotel di dekat sana yang murah. Dan esoknya, ia kembali ke rumah seperti biasa. Kemudian beberapa minggu kemudian ia pergi lagi dengan jangkauan hari yang tidak tentu.”
“Dari yang kudengar, kau bukan ayah kandung Airi?” Akira menyela.
“Ya.Benar. Aku menikahi ibunya. Tapi sudah bercerai, dan ibunya menitipkan Airi padaku. Hei, apa kalian menuduhku mencelakai anakku sendiri? Bagaimana dengan kau, siapa namamu? Akira? Kenapa kau baru datang kemari sementara Airi sudah biasa menghilang sejak semester satu, sementara sekarang sudah pertengahan semester dua? Dan kau, Luna, apa benar kau temannya Airi? Aku yang sebagai ayahnya saja tidak pernah berbicara padanya kecuali benar-benar butuh apalagi dengan orang asing. Dia orang yang sangat pendiam. Oh, kurasa aku harus memanggil polisi sekarang.”
Ayah Airi memolototkan matanya. Ia masih sangat tampak muda. Kurasa umurnya belum genap 30 tahun. Entah bagaimana ibu Airi menikah dengannya. Aku juga tidak tahu.
Aku menarik nafas.“Jujur, Paman. Tenanglah sebentar! Maaf, maafkan kami, kami memang bukan teman dekat Airi, berbicara saja aku juga tidak pernah—tapi…”
“Hei, lihat! Apa ini? Aku menemukannya di amplop ini.” suara Akira lagi-lagi menyela. Tangannya memegang selembar kertas yang lebih kecil dari kertas naskah cerpen Airi. Ia memperlihatkannya kepada Paman Jun.
“Bagaimana kau menemukannya? Aku tadi tidak melihatnya. Tapi—hei, ini memang tulisan Airi.” Komentar Ayah Airi.
“Apa kau sudah memeriksa secara benar, Paman? Aku rasa kau hanya tertarik pada naskahnya…” bisik Akira dengan pelan di sebelahku. Aku mulai membaca kertas itu.
Kertas itu berisi:
Apa itu hidup?
Kenapa kita harus hidup?
Ah—tidak. Aku salah. Seharusnya kenapa harus ada hidup dan mati. Kenapa harus ada pilihan rancu seperti itu?
Aku tidak mengerti. Tolong? Tolong aku menghindari bujuk rayu dewa kematian dan malaikat tanpa dosa ini!
Jujur, aku juga sudah bosan dengan dunia tempat aku berpijak ini. Lebih kotor dari tikus pengerat di saluran pembuangan terdalam dan lebih busuk dari bangkai yang dibiarkan bertahun-tahun. Tempat yang dulunya hijau menjadi kelam penuh duka. Senyum bahkan tawa tidak pernah menyapa. Aku membenci itu.
Apa aku harus mengikuti kata-kata manis dewa kematian?
Ia begitu memikat. Menarikku ke dalam pesona yang bahkan lebih indah dari sang surya. Dan membuatku gila. Ia selalu mengajakku untuk menembus awan tertinggi dan memperlihatkan dunia yang lebih indah dan belum pernah kugapai. Menggodaku semanis madu hingga aku jatuh tidak sadarkan diri.
Dan ketika itu pula, malaikat bersayap datang menjemputku ke tempat yang bernada sangat indah yang melantun lembut di telingaku dengan rasa kegembiraan . Sangat cocok dengan keadaan sang Maestro karena inilah karya indah terakhirnya. Dengan tampang tak berdosanya ,sang malaikat membuatku merasa menjadi yang paling bersalah di dunia ini. Tapi ia tersenyum ketika menatapku dengan lembut. Ia membawaku pergi dan mengikat dewa kematian di kolam es.
Seketika dewa kematian membeku diam. Tak bersuara. Dan ketika aku menatap sosoknya, betapa bodohnya aku tidak menyadari bahwa sebenarnya aku ingin malaikat ini menjemputku bukannya terpaku di dewa kematian menggoda ini.
“Kurasa ini hanya sinopsis cerita selanjutnya.” Paman Jun berkomentar, “Nah, sekarang, kalian pulanglah, paman yakin jika Airi baik-baik saja.”
“Kalau ini sinopsis cerita selanjutnya, kenapa harus dikirim dengan cerpen berbeda yang sudah selesai? Paman, aku mohon. Jelaskan dimana Airi sekarang!” Akira mulai menuduh.
“Apa kau benar-benar menganggapku sebagai seorang penculik anak sendiri? Walaupun Airi bukan anak kandungku, tapi aku sangat sayang kepadanya. Dan kalian, segeralah pergi sebelum kuusir dengan cara yang tidak baik. Okay?” Paman Jun menarik lenganku dan Akira ke pintu. Tanganku yang lain masih memegangi kertas itu. Ini aneh. Aku rasa ada yang aneh dengan cerita singkat ini. Kemudian aku membacanya lagi dan tersadar.
“Paman, Airi sedang dalam bahaya sekarang!!! Kurasa ia ada di hotel yang biasa tapi nomor…”
Pertanyaan: Darimana ‘aku’ tau kalau Airi dalam bahaya? Apa isi dan makna dari sinopsis cerita yang dikirim Airi bersama cerpennya? Dimana Airi sekarang (sertakan alasan) ? Apa yang terjadi pada Airi?[1 point] clue pertama: - Spoiler:
“Paman, Airi sedang dalam bahaya sekarang!!! Kurasa ia ada di hotel yang biasa tapi nomor…”
Sial! Kenapa penulis ini mengungkapkan dengan kata-kata serumit ini?
Aku tahu ia dalam bahaya jika melihat cerita singkat ini dan mengimajinasikannya melalui pikiranku. Aku melihat lagi ke dalam amplop cokelat itu, siapa tahu ada suatu petunjuk. Dan, aku benar.
Ada selembar kertas yang lebih kecil terselip di bagian terdalam amplop itu. Aku membacanya.
Akhir-akhir ini aku menyukai banyak hal. Pertama aku menyukai bahasa inggris. Jangan tertawa! Memang dulu aku membenci bahasa inggris, tapi sekarang aku menyukainya. Mengubah suatu kata dari bahasa indonesia ke bahasa inggris itu menyenangkan, walaupun agak sulit. Kedua, aku menyukai musik klasik. Aahh~ Hatiku tenang bila mendengar harmoni musik klasik itu. Yang ketiga, aku mulai percaya bila ada tokoh di luar cerita dan tidak diceritakan. Menggunakan khayalan untuk menciptakan tokoh tersebut.
Ya. Ya. Aku tahu arti cerita itu sebenarnya.
Selamat menjawab~
Terakhir diubah oleh Rima tanggal Sat Mar 23, 2013 10:46 pm, total 5 kali diubah |
| | |
Pengirim | Message |
---|
Rima Newbie
Age : 30 Reputation : 0 Jumlah posting : 159
| Subyek: Re: Penulis Yang Hilang Sun Mar 03, 2013 8:41 am | |
| |
| | | Rabbit_Doubt Case Solver
Reputation : 10 Jumlah posting : 473 Lokasi : Haah?
| Subyek: Re: Penulis Yang Hilang Sat Mar 02, 2013 11:35 pm | |
| kamar 13 bener bukan? |
| | | uoza Newbie
Reputation : 0 Jumlah posting : 14
| Subyek: Re: Penulis Yang Hilang Sat Mar 02, 2013 6:23 pm | |
| hmm... sepertinya masih salah.... bentar ya Q analisa ulang dulu sinopsisnya |
| | | Crash Case Solver
Age : 27 Reputation : 11 Jumlah posting : 524 Lokasi : Palembang
| Subyek: Re: Penulis Yang Hilang Sat Mar 02, 2013 3:17 pm | |
| Coba dulu deh mungkin maksud dewa kematian itu adalah ibunya sedangkan malaikat adalah ayahnya ibunya menculik Airi di hadapan ayahnya tapi ibunya mengancam ayahnya kalau ayah sampe lapor polisi ibu bakal ngebunuh anaknya maaf kalo ngawur |
| | | Rima Newbie
Age : 30 Reputation : 0 Jumlah posting : 159
| | | | uoza Newbie
Reputation : 0 Jumlah posting : 14
| Subyek: Re: Penulis Yang Hilang Sat Mar 02, 2013 3:36 am | |
| ini tentang penculikan kn? klo benar.. berarti sekarg Airi sdh tdk ap".. ia sekarang berada d tempat yang aman tapi bukan d hotel.. klo kesimpulan ini benar baru Q jelaskan analisaQ tp klo salah ya gk jadi.... |
| | | Rima Newbie
Age : 30 Reputation : 0 Jumlah posting : 159
| Subyek: Re: Penulis Yang Hilang Fri Mar 01, 2013 11:25 pm | |
| - Quote :
- itu udah ada d case kan jawabannya gx usah tanya ?
iya.. kalo nanya lagi juga boleh.. - Quote :
- harus one hit semuannya ?
enggak juga...aku masih bingung bagi pointnya, jadi aku tulis begitu.. terus sebenernya itu pertanyaan saling berkaitan.. - Quote :
- - Darimana ‘aku’ tau kalau Airi dalam bahaya? dari kalimat "Tolong? Tolong aku menghindari bujuk rayu dewa kematian dan malaikat tanpa dosa ini!
udah bener..tapi masih ada yang kurang.. - Quote :
- Apa isi dan makna dari sinopsis cerita yang dikirim Airi bersama cerpennya? kalau benar isinya mungkin begini "Dia berencana melakukan bunuh diri di hotel tersebut, mungkin dari semester satu ia sudah d tinggal oleh ibu kandungny dan di titipkan pd ayah tirinya. Pada saat itu ia sbnarnya juga niat bunuh diri, tapi ia tidak jadi melakukan hal tsb krn masih ragu. Ia memilih hotel yang murah krena penjagaan hotel tsb rendah jdi mudah utk melakukannya. Pada kalimat tsb juga terdapat kata malaikat maut yang terus menggodaku.
masih salah.. - Quote :
- Dimana Airi sekarang ? Di hotel yg sama ketika ayah tiri melihatnya d kamar 11. hidup = 1.
salah juga... - Quote :
- - Apa yang terjadi pada Airi? Airi akan berencana melakukan bunuh diri
masih salah.. |
| | | TxT Agent
Age : 27 Reputation : 21 Jumlah posting : 694 Lokasi : Osaka
| Subyek: Re: Penulis Yang Hilang Fri Mar 01, 2013 5:56 pm | |
| tanya dulu boleh itu udah ada d case kan jawabannya gx usah tanya ? harus one hit semuannya ? Langsung coba ajja.. - Darimana ‘aku’ tau kalau Airi dalam bahaya? dari kalimat "Tolong? Tolong aku menghindari bujuk rayu dewa kematian dan malaikat tanpa dosa ini! - Apa isi dan makna dari sinopsis cerita yang dikirim Airi bersama cerpennya? kalau benar isinya mungkin begini "Dia berencana melakukan bunuh diri di hotel tersebut, mungkin dari semester satu ia sudah d tinggal oleh ibu kandungny dan di titipkan pd ayah tirinya. Pada saat itu ia sbnarnya juga niat bunuh diri, tapi ia tidak jadi melakukan hal tsb krn masih ragu. Ia memilih hotel yang murah krena penjagaan hotel tsb rendah jdi mudah utk melakukannya. Pada kalimat tsb juga terdapat kata malaikat maut yang terus menggodaku. - Dimana Airi sekarang ? Di hotel yg sama ketika ayah tiri melihatnya d kamar 11. hidup = 1. - Apa yang terjadi pada Airi? Airi akan berencana melakukan bunuh diri |
| | | Rima Newbie
Age : 30 Reputation : 0 Jumlah posting : 159
| Subyek: Penulis Yang Hilang Fri Mar 01, 2013 3:13 pm | |
| - Spoiler:
‘Hidup ini penuh kebohongan. Aku bosan. Aku ingin mati.’
Aku melihat secarik kertas lusuh yang disodorkan Akira kepadaku. “Apa ini?”
“Selembar kertas yang aku temukan di meja belajar Airi. Aku tidak percaya kalau dia…”
“Kurasa itu hanya salah satu cerita karangannya. Berpikirlah positif.”
Kulihat Akira hanya mengangguk pelan, kemudian kembali mencari bukti-bukti hilangnya teman sekolah kami, Airi. Airi adalah seorang penulis kebanggaan kota kami. Ia seorang cewek yang sangat sangat pendiam dan begitu tertutup. Aku tidak begitu mengenalnya, karena memang tidak pernah sekelas dan tidak pernah bertatap muka. Mana mungkin seorang penulis terkenal mau berteman dengan cewek sederhana sepertiku?
Sudah tiga hari ini Airi menghilang, bahkan ia tidak pulang ke rumahnya. Yang membuatku heran adalah ayah satu-satunya menganggap hal yang luar biasa ini menjadi biasa. Ia hanya berpikir bahwa Airi hanya mencari ide untuk menulis. Dan katanya ini juga sering terjadi. Gila, bukan? Akira, teman kecilku yang menarikku ke sini, sudah dari kemarin ke rumah Airi untuk memeriksa apakah penulis itu sudah kembali. Tapi ternyata, wanita pujaan Akira itu tidak kembali. Karena itu aku ditarik untuk berpura-pura menjadi teman dekat Airi yang ingin mengambil barang yang dipinjam Airi. Dengan itu, Akira bisa mencari bukti bahwa Airi memang benar baik-baik saja seperti yang dibilang Ayah Airi sendiri.
“Apa ayahnya juga tidak melapor ke polisi?” aku bertanya pada Akira ketika Ayah Airi, Paman Jun, meninggalkan kami di kamar Airi.
“Ya. Ia juga bersikeras melarangku untuk melapor ke polisi. Ia bilang kalau nanti Airi kembali itu akan merusakkan citra Airi sendiri. Ah, sial!!!”
“Kenapa kau berbuat sejauh ini untuk wanita yang bahkan kau belum pernah berbicara kepadanya?”
“Hahaha..jangan salah. Aku sudah sering berbicara kepadanya.”
“Benarkah?”
“Hey, kalian…” suara Ayah Airi yang datang dari pintu mengagetkanku. Dengan canggung, kami berdua mulai tampak seperti orang mencari barang hilang. “Lihat! Airi baru saja mengirimi naskah cerpen untuk majalah edisi minggu depan.”
“Apa?” Akira berteriak kaget yang sepertinya bercampur senang. “Apa—apa ada yang aneh dengan naskah itu, ? Maksudku, bolehkah aku melihatnya, Paman Jun?”
“Tidak. Tidak ada yang aneh. Kau baca saja sendiri. Ceritanya tentang seorang gadis yang bermimpi menjadi pianis hebat, dia terus berlatih tetapi akhirnya gadis itu menyerah pada mimpinya karena sadar ia tidak akan bisa.” Ayah Airi menyodorkan naskah cepen itu kepada kami dan mulai membacanya.
Ya.Benar kata Ayah Airi. Cerpen Airi ini benar-benar tidak ada yang ganjal, sama sekali. Tapi bukan itu masalahnya, satu hal yang terpikir di otakku adalah apa benar ini cepen Airi? Apa benar Airi yang mengirimkannya ke sini? Jika benar, dimana ia sekarang? Apa yang ia lakukan sementara cerpen-nya ini sudah selesai?
“Kenapa ia mengirim ke rumah ini, Paman?” aku mulai bertanya kepadanya.
“Karena memang akulah yang akan mengantarkan naskah-naskahnya ke penerbit.”
Aku menaikkan alis curiga. “Benarkah? Kau bilang hal ini pernah terjadi sebelumnya. Kapan dan bagaimana?”
“Oh, apa kau mencurigaiku, Nak?” Ayah Airi tertawa kecil, “Ya. Sejak kelas satu Sekolah Menengah Atas. Pertama kali Airi menghilang satu hari di saat liburan semester satu berakhir. Awalnya ia bilang ingin mencari ide cerita baru dan tidak pulang satu hari karena menginap di hotel terdekat. Tentu sebagai ayahnya, aku melarangnya tapi ia tetap memaksa. Akhirnya aku memberinya uang saku lebih dan diam-diam mengikutinya. Ternyata dia hanya duduk di taman sepanjang malam dan menulis sesuatu di buku, setelah larut ia ke hotel di dekat sana yang murah. Dan esoknya, ia kembali ke rumah seperti biasa. Kemudian beberapa minggu kemudian ia pergi lagi dengan jangkauan hari yang tidak tentu.”
“Dari yang kudengar, kau bukan ayah kandung Airi?” Akira menyela.
“Ya.Benar. Aku menikahi ibunya. Tapi sudah bercerai, dan ibunya menitipkan Airi padaku. Hei, apa kalian menuduhku mencelakai anakku sendiri? Bagaimana dengan kau, siapa namamu? Akira? Kenapa kau baru datang kemari sementara Airi sudah biasa menghilang sejak semester satu, sementara sekarang sudah pertengahan semester dua? Dan kau, Luna, apa benar kau temannya Airi? Aku yang sebagai ayahnya saja tidak pernah berbicara padanya kecuali benar-benar butuh apalagi dengan orang asing. Dia orang yang sangat pendiam. Oh, kurasa aku harus memanggil polisi sekarang.”
Ayah Airi memolototkan matanya. Ia masih sangat tampak muda. Kurasa umurnya belum genap 30 tahun. Entah bagaimana ibu Airi menikah dengannya. Aku juga tidak tahu.
Aku menarik nafas.“Jujur, Paman. Tenanglah sebentar! Maaf, maafkan kami, kami memang bukan teman dekat Airi, berbicara saja aku juga tidak pernah—tapi…”
“Hei, lihat! Apa ini? Aku menemukannya di amplop ini.” suara Akira lagi-lagi menyela. Tangannya memegang selembar kertas yang lebih kecil dari kertas naskah cerpen Airi. Ia memperlihatkannya kepada Paman Jun.
“Bagaimana kau menemukannya? Aku tadi tidak melihatnya. Tapi—hei, ini memang tulisan Airi.” Komentar Ayah Airi.
“Apa kau sudah memeriksa secara benar, Paman? Aku rasa kau hanya tertarik pada naskahnya…” bisik Akira dengan pelan di sebelahku. Aku mulai membaca kertas itu.
Kertas itu berisi:
Apa itu hidup?
Kenapa kita harus hidup?
Ah—tidak. Aku salah. Seharusnya kenapa harus ada hidup dan mati. Kenapa harus ada pilihan rancu seperti itu?
Aku tidak mengerti. Tolong? Tolong aku menghindari bujuk rayu dewa kematian dan malaikat tanpa dosa ini!
Jujur, aku juga sudah bosan dengan dunia tempat aku berpijak ini. Lebih kotor dari tikus pengerat di saluran pembuangan terdalam dan lebih busuk dari bangkai yang dibiarkan bertahun-tahun. Tempat yang dulunya hijau menjadi kelam penuh duka. Senyum bahkan tawa tidak pernah menyapa. Aku membenci itu.
Apa aku harus mengikuti kata-kata manis dewa kematian?
Ia begitu memikat. Menarikku ke dalam pesona yang bahkan lebih indah dari sang surya. Dan membuatku gila. Ia selalu mengajakku untuk menembus awan tertinggi dan memperlihatkan dunia yang lebih indah dan belum pernah kugapai. Menggodaku semanis madu hingga aku jatuh tidak sadarkan diri.
Dan ketika itu pula, malaikat bersayap datang menjemputku ke tempat yang bernada sangat indah yang melantun lembut di telingaku dengan rasa kegembiraan . Sangat cocok dengan keadaan sang Maestro karena inilah karya indah terakhirnya. Dengan tampang tak berdosanya ,sang malaikat membuatku merasa menjadi yang paling bersalah di dunia ini. Tapi ia tersenyum ketika menatapku dengan lembut. Ia membawaku pergi dan mengikat dewa kematian di kolam es.
Seketika dewa kematian membeku diam. Tak bersuara. Dan ketika aku menatap sosoknya, betapa bodohnya aku tidak menyadari bahwa sebenarnya aku ingin malaikat ini menjemputku bukannya terpaku di dewa kematian menggoda ini.
“Kurasa ini hanya sinopsis cerita selanjutnya.” Paman Jun berkomentar, “Nah, sekarang, kalian pulanglah, paman yakin jika Airi baik-baik saja.”
“Kalau ini sinopsis cerita selanjutnya, kenapa harus dikirim dengan cerpen berbeda yang sudah selesai? Paman, aku mohon. Jelaskan dimana Airi sekarang!” Akira mulai menuduh.
“Apa kau benar-benar menganggapku sebagai seorang penculik anak sendiri? Walaupun Airi bukan anak kandungku, tapi aku sangat sayang kepadanya. Dan kalian, segeralah pergi sebelum kuusir dengan cara yang tidak baik. Okay?” Paman Jun menarik lenganku dan Akira ke pintu. Tanganku yang lain masih memegangi kertas itu. Ini aneh. Aku rasa ada yang aneh dengan cerita singkat ini. Kemudian aku membacanya lagi dan tersadar.
“Paman, Airi sedang dalam bahaya sekarang!!! Kurasa ia ada di hotel yang biasa tapi nomor…”
Pertanyaan: Darimana ‘aku’ tau kalau Airi dalam bahaya? Apa isi dan makna dari sinopsis cerita yang dikirim Airi bersama cerpennya? Dimana Airi sekarang (sertakan alasan) ? Apa yang terjadi pada Airi?[1 point] clue pertama: - Spoiler:
“Paman, Airi sedang dalam bahaya sekarang!!! Kurasa ia ada di hotel yang biasa tapi nomor…”
Sial! Kenapa penulis ini mengungkapkan dengan kata-kata serumit ini?
Aku tahu ia dalam bahaya jika melihat cerita singkat ini dan mengimajinasikannya melalui pikiranku. Aku melihat lagi ke dalam amplop cokelat itu, siapa tahu ada suatu petunjuk. Dan, aku benar.
Ada selembar kertas yang lebih kecil terselip di bagian terdalam amplop itu. Aku membacanya.
Akhir-akhir ini aku menyukai banyak hal. Pertama aku menyukai bahasa inggris. Jangan tertawa! Memang dulu aku membenci bahasa inggris, tapi sekarang aku menyukainya. Mengubah suatu kata dari bahasa indonesia ke bahasa inggris itu menyenangkan, walaupun agak sulit. Kedua, aku menyukai musik klasik. Aahh~ Hatiku tenang bila mendengar harmoni musik klasik itu. Yang ketiga, aku mulai percaya bila ada tokoh di luar cerita dan tidak diceritakan. Menggunakan khayalan untuk menciptakan tokoh tersebut.
Ya. Ya. Aku tahu arti cerita itu sebenarnya.
Selamat menjawab~
Terakhir diubah oleh Rima tanggal Sat Mar 23, 2013 10:46 pm, total 5 kali diubah |
| | | Sponsored content
| Subyek: Re: Penulis Yang Hilang | |
| |
| | | |
Similar topics | |
|
| Permissions in this forum: | Anda tidak dapat menjawab topik
| |
| |
| |
|