Rasanya Yukai sudah tidak sabar menunggu malam. Liburannya di kota Kluis sudah memasuki hari ke-3 dan ia masih belum terbiasa dengan cuaca di kota tersebut yang lebih panas dan lebih ramai daripada kota asalnya. Ketika ia melihat sebuah coffeeshop di ujung jalan, tanpa pikir panjang ia memutuskan untuk masuk supaya bisa berlindung sejenak dari musuh alaminya, matahari. Di coffeeshop itu Yukai duduk di dekat jendela, matanya menerawang ke seluruh ruangan kafe yang sepi pengunjung itu, hanya ada 2 orang selain dirinya di kafe tersebut. Dua orang yang sejak ia masuk saling berbicara satu sama lain dalam bisikan dan....tunggu! Dari kedua orang tersebut, si pria dewasa terlihat familiar. Namun Yukai tidak bisa memastikan jenis kelamin dan wajah remaja yang bersama pria tersebut, wajahnya hanya terlihat sebagian kecil karena terhalang topi dan tudung hoodie yang ia kenakan. Karena penasaran, diam-diam Yukai memfoto pria tersebut dan mengirimkan fotonya ke teman-temannya. Tak lama kemudian sms-sms balasan masuk ke ponsel Yukai, diantaranya dari Madmann yang membalas : "Bukankah itu Letnan Pazzo?"

Jawaban Madmann mengingatkan Yukai bahwa ia memang pernah melihat foto pria tersebut di salah satu arsip kasus yang tersimpan di DAM.
"Yahh disaat seperti ini memang lebih baik banyak mengenal daripada terkenal", pikir Yukai. Sedikit terkejut, Yukai pun memutuskan untuk menghampiri mereka dan memperkenalkan diri.

Butuh waktu hingga mereka bisa menerima Yukai ketika Yukai menjelaskan siapa dirinya, suatu hal yang segera dimaklumi Yukai ketika mengetahui mereka sedang terlibat kasus yang rumit. Singkat cerita, ternyata ayah si remaja baru-baru ini tengah menyelidiki tentang seseorang yang bernama Fenrir Olivia yang merupakan pelaku pembunuhan seorang wartawan lokal di Swedia 3 tahun lalu. Belakangan ternyata Fenrir gagal ditahan karena mobil polisi yang membawanya diserang gerombolan tak dikenal yang kemudian melarikan Fenrir, kasus ini kemudian dirahasiakan oleh kepolisian Swedia. Fenrir pun ternyata bukan nama asli. Hasil penyelidikan yang mengarah ke negara ini - Riveranesos - dimanfaatkan si ayah untuk mengajak keluarganya berkunjung ke negara ini. Namun kemudian insiden tersebut terjadi, di jalanan yang sepi sekelompok orang yang mengendarai van yang tampaknya sudah mengintai mereka sejak beberapa saat sebelumnya menangkap ibu si remaja. Segera setelahnya, sebuah panggilan dan sebuah pesan singkat masuk ke ponsel si ayah, ternyata dari para penculik menggunakan ponsel istrinya. Si ayah memerintahkan anaknya kembali ke hotel dan menunggu disana sementara dirinya mencari istrinya. Namun, alih-alih kembali ke hotel dan diam menunggu, si anak menghubungi Letnan Pazzo yang langsung terbang ke negara ini untuk membantunya mencari orangtuanya. Seakan ingin menambah rasa tercengang Yukai atas kasus ini, si remaja kemudian memotong cerita sejenak untuk memperkenalkan diri,

Spoiler:

Ketika mereka bertiga sampai disana ternyata detektif Liverty telah sampai lebih dulu, hanya ada detektif Liverty dan istrinya disana. Ia terlihat sedang menenangkan istrinya sambil sesekali memberinya air mineral. Belakangan detektif Liverty bercerita bahwa pelaku penculikan adalah seorang wanita yang mengaku sebagai Fenrir, wanita tersebut memperingatkan detektif Liverty untuk berhenti menyelidiki tentang dirinya maupun kasus pembunuhan wartawan 3 tahun lalu. Wanita itu sudah kabur entah kemana. Akhir kasus ini menimbulkan pertanyaan besar di kepala mereka semua.

*3 hours later at some random bridge

Wanita itu tengah berdiri di jembatan, melihat kearah danau ketika seorang pria muncul di belakangnya dengan aura pembunuh yang menusuk kulit dan menekankan moncong Desert Eagle ke kepalanya.

"Kenapa kau membiarkannya hidup?", suara berat dan dalam pria tersebut memecahkan keheningan di jembatan yang sepi itu.

"Jormungand, jadi selama ini kau terus memperhatikanku, boleh aku tersanjung?", suara wanita itu tak menunjukkan rasa takut sama sekali.

"Tidak hanya bertindak tanpa perintah, kau juga membiarkan detektif itu hidup, aku ingin tahu apa kata Loki jika dia mengetahui hal ini."

"Wah wah, apa kau akan mengadu padanya?", kata wanita itu sambil tertawa kecil.

Pria tersebut diam sejenak, terlihat sedang menimbang-nimbang sesuatu, lalu berkata, "Terserahmu sajalah tapi jika kelak detektif itu menjadi masalah bagi kita, Fenrir, maka dia harus dibunuh", kata pria itu seraya menurunkan senjatanya dari kepala wanita itu lalu berbalik dan berjalan menjauh.

Ketika pria itu sudah agak jauh, wanita itu tertawa dan bergumam kecil, "Hihihi, mau bagaimana lagi, bagaimanapun aku pernah berhutang budi pada orang itu sihh"