DETECTIVE AND MAFIA
Silakan mendaftar atau masuk untuk mengakses forum Detective and Mafia.


-Terima Kasih-
DETECTIVE AND MAFIA
Silakan mendaftar atau masuk untuk mengakses forum Detective and Mafia.


-Terima Kasih-
DETECTIVE AND MAFIA
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.

DETECTIVE AND MAFIA

Mens Vincit Omnia
 
IndeksIndexGalleryLatest imagesPencarianPendaftaranLogin
Selamat datang di forum Detective and Mafia, silakan perkenalkan diri
di Perkenalan member baru agar resmi menjadi member Detective and Mafia
Selamat datang di DAM
Silakan baca petunjuk, peraturan dan tata cara bermain forum
Di sini sebelum melakukan aktivitas di forum

Share
 

 Agatha Christie MISTERI DI STYLES (chap.6)

Topik sebelumnya Topik selanjutnya Go down 
PengirimMessage
Cherrémio Chii

Newbie
Newbie
Cherrémio Chii

Female
Age : 27
Reputation : 5
Jumlah posting : 265

Agatha Christie MISTERI DI STYLES (chap.6) Empty
PostSubyek: Agatha Christie MISTERI DI STYLES (chap.6)   Agatha Christie MISTERI DI STYLES (chap.6) I_icon_minitimeMon Mar 28, 2011 3:28 pm

6. PEMERIKSAAN

POIROT bekerja keras sebelum waktu pemeriksa¬an. Dia menemui dan berbicara
dengan Tuan Wells dua kali. Dia juga berjalan-jalan berkeliling desa dan daerah
sekitarnya. Saya agak tersinggung juga karena dia tidak mengajak saya.
Karena saya mengira bahwa dia sedang meng¬adakan penyelidikan di pertanian
Raikes, maka » ^ saya mampir ke tempat itu dalam perjalanan menuju Pondok
Leastways hari Rabu malam. Tapi sava tidak melihatnya. Ketika sava sedang berjalan
ke luar saya bertemu dengan seorang Laki-laki tua yang menyapa sava,
"Anda dari Rumah Besar?"
"Ya. Saya sedang mencari teman sava. Saya kira dia lewat sini."
"Orangnya kecil? Suka mengibaskan tangan kalau bicara? Salah seorang Belgia vang
tinggal di desa?"
"Ya," jawab saya senang. "Dia tadi ke sini?"
"Oh, ya. Dia memang kemari tadi. Lebih dari sekali. Teman Anda, ya? Ah, tuan-tuan
dari Rumah Besar memang sering kemari!" Dan dia memandang saya dengan
pandangan yang tidak sedap.
"Mengapa tuan-tuan dari Rumah Besar itu sering kemari?" saya bertanya dengan
santai.
Matanya mengedip pada saya, penuh rahasia.
"Ada satu yang sering kemari. Saya tak usah menyebut namanya. Dia juga sangat
murah hari."
Saya berjalan dengan cepat. Kalau begitu Evelyn Howard benar. Tiba-tiba saja saya
merasa muak, ketika membayangkan kesenangan Alfred Ingle¬thorp berkencan
dengan wanita lam tetapi menggunakan uang istrinya. Apakah wanita berwajah gipsi
itu yang menjadi sebab malapetaka ini, ataukah dia hanya pengeruk uang saja?
Mungkin juga campuran keduanya.
Poirot kelihatannya memiliki obsesi akan satu hal. Dia berulang-ulang menanyakan
apakah bukan jam 4-30 ketika Dorcas mendengar pertengkaran majikannya. Dan
Dorcas berkeras bahwa dia mendengarnya pada pukul 4.
Dia mengatakan bahwa dia menyiapkan teh pada jam 5 sore. Dan jarak waktu ketika
dia mendengar percakapan itu dengan waktu menyiapkan teh adalah cukup lama.
Pemeriksaan dilakukan pada hari Jumat di Srylites Arms di desa. Poirot duduk di
dekat saya karena kami tidak dimintai bukti.
Awal acara berjalan lancar. Juri memeriksa mayat dan John Cavendish memberikan
bukti-bukti identifikasi. -
Kemudian dia memberi keterangan tentang kejadian yang dialaminya mulai saat dia
bangun.
Bukti-bukti medis kemudian diajukan. Semua orang menutup mulut rapat-rapat tetapi
menatap tajam spesialis racun dari London yang amat terkenal itu.
Dengan singkat dia menerangkan hasil post mortvm. Secara singkat Nyonya
Inglethorp dinyatakan meninggal sebagai akibat keracunan strychnine. Dilihat dari
jumlah yang ditemukan, Nyonya Inglethorp telah menelan tidak kurang dari tiga
perempat butir strychnine.
Pemeriksa menanyakan, "Apakah ada kemung¬kinan Nyonya Inglethorp menelannya
secara tak sengaja?"
"Saya rasa ini kurang logis karena strychnine tidak biasa didapatkan dan digunakan
dengan mudah untuk keperluan sehari-hari. Penjualannya juga dibatasi."
"Apakah hasil pemeriksaan Anda menunjukkan bagaimana strychnine itu diberikan
pada korban ?" 'Tidak."
"Anda datang ke Styles lebih dulu dari Dokter Wilkins?"
"Benar. Saya bertemu dengan mobil itu di pintu gerbang. Jadi saya cepat-cepat ke
sana."
"Bisa Anda ceritakan dengan tepat apa yang terjadi kemudian?"
"Saya masuk ke kamar Nyonya Inglethorp. Pada saat itu dia sedang kejang. Dia
berpaling kepada saya dan berkata dengan tergagap, 'Alfred—' "
"Mungkinkah strychnine itu dimasukkan dalam kopi yang dibawa suaminya setelah
makan malam?"
"Barangkali. Tapi strychnine merupakan racun yang sangat cepat bereaksi. Tandatandanya
akan kelihatan satu atau dua jam setelah diminum. Memang akibatnya bisa
tertunda karena kondisi tertentu, tapi dalam kasus ini kondisi tersebut tidak ada. Saya
perkirakan Nyonya Inglethorp minum kopi kira-kira jam delapan. Tetapi gejala-gejala
itu baru kelihatan pada pagi hari, dan itu berarti bahwa racun itu diminumnya sekitar
atau sesudah tengah malam."
"Nyonya Inglethorp punya kebiasaan minum coklat pada tengah malam. Mungkinkah
strychni¬ne itu dimasukkan ke dalam coklatnya?"
"Tidak. Saya sudah mengambil contoh coklat¬nya dari sisa yang ada di panci dan
menganalisanya. Tapi tak ada strychnine di situ."
Saya mendengar Poirot berdecak. "Bagaimana kau tahu?" tanya saya berbisik.
"Dengarkan."
"Saya rasa," kata dokter itu melanjutkan. "Saya akan heran apabila ada hasil lainnya."
"Mengapa?"
"Karena strychnine sangat pahit. Strychnine bisa dideteksi dalam larutan 1 dibanding
70.000. Dan hanya bisa disembunyikan rasa pahitnya dalam makanan yang rasanya
tajam. Tapi coklat tidak bisa menutupi rasa pahit strychnine."
Salah seorang juri menanyakan, apakah hal tersebut berlaku juga untuk kopi.
"Tidak, Karena kopi memiliki rasa pahit sendiri dan bisa menyembunyikan rasa pahit
strychnine."
"Jadi Anda berpendapat bahwa kemungkinan besar strychnine itu dimasukkan ke
dalam kopi, tapi karena sesuatu yang tidak kita ketahui, reaksinya jadi tertunda."
"Ya, tapi cangkir kopi itu hancur dan tidak mungkin lagi isinya dianalisa."
Kalimat itu mengakhiri kesaksian Dr. Bauer¬stein, Dr. Wilkins menguatkan kesaksian
tersebut. Ketika ditanyakan kemungkinan suatu perbuatan bunuh diri, dia
menyanggah dengan gigih. Korban memang mengidap penyakit jantung, tetapi
kesehatan fisik maupun mentalnya amat baik. Dia bukanlah tipe orang yang mungkin
akan mengam¬bil tindakan bunuh diri.
Kemudian Lawrence Cavendish dipanggil. Kesaksiannya tidak terlalu berarti, hanya
berapa pengulangan cerita kakaknya. Tetapi ketika akan meninggalkan bangku saksi,
dia berkata dengan ragu-ragu,
"Apakah saya boleh mengutarakan pendapat?"
Dia menatap Pemeriksa dengan pandang memo¬hon dan Pemeriksa menjawab,
"Tentu saja, Tuan Cavendish, kita berkumpul di sini untuk mencari kebenaran dan
menyambut dengan senang hati segala sesuatu yang bisa menunjuk ke arah
penyelesaian."
"Ini hanya merupakan pemikiran saya," jelas Lawrence. "Mungkin juga saya keliru,
tapi ada kemungkinan juga bahwa ibu saya meninggal secara wajar."
"Barangkali Anda bisa menjelaskannya, Tuan
Cavendish?"
"Pada saat meninggal dan beberapa saat sebelumnya, ibu saya biasa minum tonik
yang mengandung strychnine."
"Ah!" kata Pemeriksa.
Juri kelihatannya sangat tertarik.
"Saya rasa ada kasus di mana efek kumulatif suatu obat bisa menimbulkan kematian.
Dan juga, ada kemungkinan bahwa dia minum obat melebihi dosisnya."
"Ini yang pertama kali saya dengar bahwa Almarhumah minum - strychnine pada
waktu meninggal. Terima kasih, Tuan Cavendish."
Dr. Wilkins dipanggil dan dia mencemoohkan kemungkinan itu.
"Apa^yang dikatakan Tuan Cavendish itu tidak masuk akal. Dokter mana pun akan
mengatakan hal yang sama. Strychnine memang suatu jenis racun yang kumulatif,
tetapi tak akan mengakibat¬kan kematian secara mendadak seperti itu. Kematian
seperti itu pasti melewati suatu periode kritis yang cukup panjang, dan hal itu pasti tak
akan luput dari perhatian saya. Kemungkinan ini tak masuk akal."
"Bagaimana dengan kemungkinan kedua?"
'Tiga atau empat dosis tak akan mengakibatkan kematian. Nyonya Inglethorp biasa
menyimpan sejumlah obat ekstra yang dibuat oleh Coot, toko obat di Tadminster.
Untuk jumlah yang ditemu¬kan dalam tubuhnya, dia harus minum tonik satu botol
penuh."
"Kalau demikian Anda berpendapat bahwa strychnine yang terdapat dalam tonik itu
tidak akan mengakibatkan kematian?"
'Tentu saja. Pendapat itu tidak masuk akal."
Seorang juri mengatakan pendapatnya bahwa ada kemungkinan toko obat yang
meramu obat itu membuat kekeliruan.
"Itu memang bisa saja terjadi," kata dokter.
Tetapi Dorcas yang dipanggil sebagai saksi berikutnya menyatakan bahwa hal itu
tidak mungkin. Obat itu sudah lama dibeli dari toko obat. Bahkan Nyonya Inglethorp
minum obatnya yang terakhir pada hari meninggalnya.
Jadi kemungkinan peracunan melalui tonik dianggap selesai dan Pemeriksa
melanjutkan dengan soal lain. Setelah mendengar dan Dorcas bahwa dia terbangun
oleh bunyi bel yang berdering keras dan dia berusaha membangunkan seisi rumah, dia
beralih ke pertengkaran yang terjadi pada sore kemarinnya.
Kesaksian Dorcas akan hal ini sama seperti yang diceritakan kepada Poirot dan saya.
Jadi tak perlu saya ceritakan lagi.
Saksi berikutnya adalah Mary Cavendish. Dia berdiri tegak dan bicara dengan suara
yang rendah, jelas, dan terkendali. Menjawab pertanyaan Pemeriksa, dijelaskannya
bahwa dia bangun jam 4.30 seperti biasa dan dia sedang berpakaian ketika dikejutkan
oleh suara benda keras jatuh.
"Tentunya bunyi meja yang jatuh," kata Pemeriksa.
"Saya membuka pintu dan mendengarkan," kata Mary. "Beberapa menit kemudian
saya mendengar bel berdering keras. Dorcas berlari-lari membangunkan suami saya,
dan kami semua pergi ke kamar ibu mertua saya. Tapi pintunya terkunci—"
Pemeriksa menyela,
"Saya kira Anda tak perlu melanjutkan cerita itu lagi. Kami sudah mendengar dari
para saksi sebelumnya. Tapi kami ingin mendengar tentang pertengkaran yang Anda
dengar sehari sebe¬lumnya."
"Saya?"
Terdengar nada tersinggung dalam suaranya. Dia mengangkat tangannya untuk
memperbaiki lipatan renda di lehernya sambil menelengkan kepalanya sedikit. Tibatiba
saja sebuah pikiran hinggap di kepala saya, "Dia mengulur waktu!"
"Ya. Saya tahu bahwa," lanjut Pemeriksa. "Anda sedang duduk membaca di sebuah
bangku dt luar kamar kerja Nyonya Inglethorp, Begitu, bukan?"
Ini merupakan hal baru untuk saya. Saya melirik Poirot, ingin tahu apakah dia pernah
mendengar hal itu
Mary agak ragu-ragu sebelum menjawab, "Ya, benar/'
"Dan jendela kamar kerja itu terbuka, bukan?" Dengan wajah bertambah pucat dia
menjawab, "Ya."
"Kalau begitu Anda pasti mendengar suara-suara dari dalam, terutama bila bertambah
keras karena marah. Dan dari tempat Anda duduk, suara itu pasti kedengarannya lebih
jelas dibandingkan apabila dari lorong rumah.
"Barangkali."
"Bisa Anda ulangi lagi apa yang Anda dengar?" "Saya benar-benar tidak ingat."
"Maksud Anda, Anda tidak mendengar suara apa-apa?"
"Saya memang mendengar suara, tapi saya tidak mendengar apa yang mereka
bicarakan. Saya tidak biasa mencuri-dengar percakapan pribadi orang lain."
Pemeriksa masih bertahan.
"Dan Anda tidak ingat apa-apa sama sekali? Sama sekali, Nyonya Cavendish? Tak
sepotong kalimat pun ataupun kata-kata yang membuat Anda sadar bahwa percakapan
itu adalah percakap¬an pribadi?"
Mary diam dan berusaha menenangkan dirinya.
"Ya, saya ingat Nyonya Inglethorp mengatakan sesuatu—saya tak bisa mengingat
dengan tepat— tapi mengenai skandal antara svAmi-istri."
"Ah!" Pemeriksa itu bersandar dengan puas. "Itu sesuai dengan apa yang dikatakan
Dorcas. Tapi maaf, Nyonya Cavendish, Anda mengerti bahwa percakapan itu adalah
percakapan pribadi, namun Anda tetap tidak beranjak dari tempat Anda?"
Saya melihat kilasan rasa sengit di matanya yang coklat. Saya yakin bahwa dia
sanggup mencabik-cabik pengacara itu karena insinyuasinya, tetapi dia bisa bertahan
dengan tenang.
"Tidak. Saya cukup nyaman berada di tempat duduk saya dan saya memusatkan
perhatian saya pada buku saya."
"Itu saja yang dapat Anda ceritakan?"
"Itu saja." *
Pemeriksaan itu selesai walaupun saya tidak yakin apakah Pemeriksa merasa puas
dengan hasilnya. Saya rasa dia menginginkan Mary Cavendish berbicara lebih banyak
lagi.
Yang dipanggil kemudian adalah Amy Hill, pembantu toko. Dia memberi kesaksian
telah menjual formulir surat wasiat pada tanggal 17 siang pada William Earl, asisten
tukang kebun Nyonya Inglethorp.
William Earl dan Manning dipanggil dan memberi kesaksian bahwa mereka menjadi
saksi penandatanganan suatu dokumen. Manning mem¬perkirakan jam 4.30 sore,
sedang William merasa lebih awal dari itu.
Cynthia Murdock dipanggil kemudian. Tak banyak yang diceritakannya. Dia tak tahu
apa-apa tentang tragedi itu sampai saat dibangunkan oleh Nyonya Cavendish.
"Anda tidak mendengar suara meja jatuh?" "Tidak. Saya tidur sangat nyenyak."
Pemeriksa tersenyum.
"Pikiran sehat membuat orang tidur lelap," katanya. "Terima kasih, Nona Murdock.
Itu saja."
"Nona Howard."
Nona Howard mengeluarkan surat yang ditulis Nyonya Inglethorp pada tanggal 17
sore. Poirot dan saya sudah membacanya. Surat itu tidak memberi petunjuk apa-apa
pada kami. Berikut ini contohnya,
17Juli Styles Court
https://i.servimg.com/u/f69/15/79/53/93/110.jpg " border="0" alt=""/>
https://i.servimg.com/u/f69/15/79/53/93/210.jpg " border="0" alt=""/>
Essex
Evelyn sayang,
Aku ingin melupakan hal-hal yang telah lewat, Walaupun bagiku sulit untuk
memaafkan apa yang kaukatakan tentang suamiku. Aku memang sudah tua dan aku
sangat sayang padamu.
Kawanmu, Emdy Inglethorp
Juri memeriksanya dengan teliti.
"Saya rasa tidak banyak membantu," kata Pemeriksa sambil menarik napas. "Tidak
menyebutkan apa-apa tentang kejadian sore itu."
"Surat itu sangat jelas bagi saya. Emily rupanya baru sadar bahwa dia dipermainkan,"
kata Nona Howard singkat.
"Tapi surat ini tidak menyebutkan hal itu."
"Memang. Karena Emily tak pernah mau mengakui kalau dia dalam posisi bersalah.
Tetapi saya mengerti dia. Dia ingin agar saya kembali. Tapi dia tidak mau
mengatakan dengan terus terang bahwa saya benar. Dia hanya ingin berbelok-belok.
Banyak orang yang begitu. Aku sendiri tak suka begitu."
Tuan Wells tersenyum tipis. Juga beberapa orang juri. Rupanya Nona Howard ini
sudah 'terkenal*.
"Semua ini buang-buang waktu saja," katanya melanjutkan sambil memandang para
juri. "Bica¬ra—bicara-bicara! Padahal jelas kita sudah tahu—"
Pemeriksa menyela bicaranya dengan susah-payah,
"Terima kasih, Nona Howard."
Kelihatannya dia menghembuskan napas lega ketika wanita itu kembali ke tempat
duduknya.
Kemudian Pemeriksa memanggil Albert Mace, asisten apoteker dari toko obat. Orang
pun mulai berbisik-bisik.
Dia menjawab pertanyaan Pemeriksa dengan mengatakan bahwa dia adalah seorang
ahli obat yang terpercaya, tapi baru saja bekerja di toko itu karena dia ikut bertugas
dalam perang.
Setelah itu, Pemeriksa melanjutkan perta¬nyaannya.
"Tuan Mace, apa akhir-akhir ini Anda pernah menjual strychnine kepada seseorang—
tanpa lisensi?"
"Ya, Pak."
"Kapan Anda melakukannya?"
"Hari Senin malam."
"Senin? Bukan Selasa?"
'Tidak, Pak. Senin tanggal 16."
"Bisa Anda beri tahu kepada siapa menjualnya?"
"Ya, Pak. Pada Tuan Inglethorp."
Setiap mata menengok pada Alfred Inglethorp yang duduk tak bergerak seperti patung
kayu. Dia kelihatan agak terkejut ketika mendengar kalimat terakhir saksi. Saya
mengira dia akan berdiri. Tetapi ternyata dia tetap duduk walaupun mukanya terkejut.
"Anda yakin dengan kesaksian Anda?" tanya Pemeriksa.
"Yakin, Pak."
"Apa Anda biasa menjual strychnine pada setiap orang yang memerlukannya?"
Laki-laki muda itu gemetar di bawah pandangan tajam Pemeriksa.
"Oh, tentu sajak tidak, Pak. Tapi karena yang membeli adalah Tuan Inglethorp, saya
melayani dengan baik. Katanya untuk meracun seekor anjing."
Saya merasa kasihan. Memang orang-orang kecil biasanya senang untuk berlaku baik
terhadap orang-orang 'penting'. Tentunya dia juga mengha¬rapkan agar orang-orang
Gedong akan berpindah langganan dari Goot pada mereka.
"Bukankah orang biasanya menuliskan nama¬nya di sebuah buku kalau dia membeli
racun?"
"Ya, Pak. Tuan Inglethorp juga."
"Anda membawa buku itu?"
"Ya. Ada."
Dia mengeluarkan buku catatan dan Pemeriksa kemudian mengusir Tuan Mace.
Setelah menahan napas, beberapa saat kemudian Alfred Inglethorp akhirnya
dipanggil. Apakah dia sadar betapa dekat lehernya pada tiang gantungan?
Pemeriksa segera mengajukan pertanyaan lang¬sung,
"Pada hari Senin malam yang lalu, apakah Anda membeli strychnine untuk meracun
anjing?"
Inglethorp menjawab dengan sangat tenang,
"Tidak. Saya tidak membeli strychnine. Di Styles tidak ada anjing kecuali seekor
anjing gembala. Dan anjing itu dalam keadaan sehat."
"Anda menolak tuduhan bahwa Anda membeli strychnine dari Albert Mace pada
Senin malam yang lalu?"
"Ya"
"Apa Anda juga menolak ini}*'
Pemeriksa menunjukkan sebuah nota yang memuat tanda tangan Inglethorp.
"Tentu saja. Tulisan ini berbeda dari tulisan saya. Akan saya buktikan."
Dia mengeluarkan sebuah amplop bekas dari sakunya, lalu mencoretkan tanda
tangannya. Memang berbeda.
"Jadi kalau begitu apa arti ucapan Tuan Mace?"
Alfred Inglethorp menjawab dengan tenang,
"Tentunya Tuan Mace keliru."
Pemeriksa ragu-ragu sejenak, lalu berkata,
"Tuan Inglethorp, kami ingin mendengar di mana Anda berada pada hari Senin
malam, tanggal 16 Juli yang lalu?"
"Saya—benar-benar tidak ingat."
"Itu tak masuk akal, Tuan Inglethorp," kata Pemeriksa dengan tajam. "Coba Anda
ingat-ingat kembali/'
Inglethorp menggelengkan kepala.
"Saya tak ingat. Saya memang keluar malam itu."
"Ke arah mana?"
"Saya benar-benar tidak ingat."
Wajah pemeriksa itu menjadi masam.
"Ada yang menemani Anda pada waktu itu?"
"Tidak."
"Apa Anda bertemu dengan seseorang di jalan?" "Tidak."
"Sayang sekali," kata Pemeriksa dengan sinis. "Apa saya harus menyimpulkan bahwa
Anda menolak mengatakan di mana Anda berada pada waktu Tuan Mace mengenali
Anda ketika Anda sedang berjalan memasuki tokonya untuk membeli strychnine?"
"Kalau Anda menginginkan demikian, silakan."
"Hati-hati, Tuan Inglethorp."
Poirot menjadi gelisah.
"Sacre!" katanya. "Apa orang bodoh ini ingin ditahan?" .
Inglethorp memang memberikan kesan van, buruk. Penolakan-penolakannya tak akan
meya¬kinkan seorang anak kecil sekalipun. Tetapi Pemeriksa melewatinya dan
berpindah ke hal lain. Dan Poirot menarik napas lega.
"Anda berbicara dengan istri Anda pada hari Selasa sore?"
"Maaf," kata Alfred Inglethorp, "Anda pasti mendapat informasi yang keliru. Saya
tidak bertengkar dengan istri saya. Cerita itu benar-benar omong kosong. Saya tidak
ada di rumah pada sore hari."
"Apa ada seseorang yang bisa memperkuat pernyataan Anda?"
"Anda bisa mempercayai kata-kata saya," jawab Inglethorp dengan congkak.
Pemeriksa tidak ambil pusing untuk memberi komentar atas pernyataan itu. Dia
melanjutkan, ^ "Ada dua orang saksi yang menyatakan bahwa V\nda bertengkar
dengan istri Anda."
"Kedua saksi itu keliru."
Saya terheran-heran. Laki-laki itu berbicara dengan penuh keyakinan. Saya
memandang Poirot.
Ada rasa kemenangan terbayang di wajahnya yang tidak saya mengerti. Apakah
akhirnya dia percaya akan kesalahan Alfred Inglethorp?
'Tuan Inglethorp," kata Pemeriksa, "Anda telah mendengar kata-kata terakhir istri
Anda yang diutarakan seorang saksi di sini tadi. Apakah Anda bisa menjelaskannya?"
'Tentu saja."
"Anda bisa menjelaskannya?"
"Sangat sederhana. Kamar tidur istri saya tidak terang, tetapi remang-remang. Dokter
Bauerstein mempunyai postur tubuh mirip saya, setinggi saya, dan berjenggot pula
seperti saya. Dalam keadaan sakit seperti itu, istri saya pasti mengira bahwa Dokter
Bauerstein adalah saya."
"Ah!" seru Poirot. "Ide yang bagus."
"Kau berpendapat begitu?" tanya saya.
"Aku tak mengatakannya demikian. Tapi itu merupakan ide yang bagus."
"Anda berpendapat bahwa kata-kata terakhir istri saya adalah tuduhan," kata
Inglethorp melanjutkan, "padahal itu merupakan seruan."
Pemeriksa berpikir sejenak. Lalu dia berkata,
"Kalau tidak salah, pada malam itu Anda sendiri menuang kopi untuk istri Anda dan
mengantar¬kannya kepadanya?"
"Saya memang menuang kopi. Dan bermaksud mengantarkannya sendiri. Tapi tibatiba
seorang kawan saya datang, jadi saya meletakkan kopi itu di atas meja. Ketika
saya melewati meja itu beberapa menit kemudian, cangkir itu sudah lenyap,"
Pernyataan itu mungkin benar, mungkin tidak. Tetapi tetap tidak mungkin
memperbaiki kesan bahwa Inglethorp bersalah. Dalam keadaan yang mana pun dia
cukup punya waktu untuk memasukkan racun ke dalam cangkir kopi itu.
Pada saat itu Poirot menyenggol saya sambil menunjuk ke pintu.
Di situ duduk dua orang laki-laki. Yang seorang berbadan kecil dan berwajah gelap,
yang satunya berbadan tinggi dan berkulit putih.
Saya bertanya pada Poirot sambil berbisik. Dia menempelkan mulutnya ke telinga
saya.
"Kau tahu siapa laki-laki kecil itu?"
Saya menggelengkan kepala.
"Dia Inspektur Detektif James Japp dari Scotland Yard—Jtmmy Japp. Yang satu juga
dari Scotland Yard. Ah, cepat benar berita ini tersebar."
Saya memandang kedua laki-laki itu. Tak ada sesuatu yang menunjukkan bahwa
mereka adalah polisi.
Saya masih mengawasi kedua laki-laki itu dengan wajah tolol ketika terdengar
keputusan dibacakan.
"Pembunuhan yang direncanakan oleh sese¬orang atau beberapa orang yang belum
diketahui
Kembali Ke Atas Go down
http://b1t4-daniyaputri.blogspot.com/
wine-RA

Newbie
Newbie
wine-RA

Female
Reputation : 0
Jumlah posting : 22

Agatha Christie MISTERI DI STYLES (chap.6) Empty
PostSubyek: Re: Agatha Christie MISTERI DI STYLES (chap.6)   Agatha Christie MISTERI DI STYLES (chap.6) I_icon_minitimeWed Jul 25, 2012 3:13 pm

gomena (-/\-)

dsana ada kata seperti ini:

Nona Howard mengeluarkan surat yang ditulis Nyonya Inglethorp pada tanggal 17
sore. Poirot dan saya sudah membacanya. Surat itu tidak memberi petunjuk apa-apa
pada kami. Berikut ini contohnya,
17Juli Styles Court
https://i.servimg.com/u/f69/15/79/53/93/110.jpg " border="0" alt="" />
https://i.servimg.com/u/f69/15/79/53/93/210.jpg " border="0" alt="" />



itu harus'y keluar gambarkan???

mana gambar'y yaaa???
Kembali Ke Atas Go down
 

Agatha Christie MISTERI DI STYLES (chap.6)

Topik sebelumnya Topik selanjutnya Kembali Ke Atas 
Halaman 1 dari 1

 Similar topics

-
» Agatha Christie MISTERI DI STYLES (chap.8)
» Agatha Christie MISTERI DI STYLES (chap.9)
» Agatha Christie MISTERI DI STYLES (chap.10)
» Agatha Christie MISTERI DI STYLES (chap.11)
» Agatha Christie MISTERI DI STYLES (chap.12)

Permissions in this forum:Anda tidak dapat menjawab topik
DETECTIVE AND MAFIA :: DAM Office :: Library :: Story of Detective-