DETECTIVE AND MAFIA Mens Vincit Omnia |
Selamat datang di forum Detective and Mafia, silakan perkenalkan diri di Perkenalan member baru agar resmi menjadi member Detective and Mafia Selamat datang di DA MSilakan baca petunjuk, peraturan dan tata cara bermain forum Di sini sebelum melakukan aktivitas di forum |
| | File 4 : Mysticism in a Murder | |
| |
Pengirim | Message |
---|
Dark666
Reputation : 1 Jumlah posting : 87
| Subyek: File 4 : Mysticism in a Murder Sun Apr 22, 2012 3:22 pm | |
| First topic message reminder :Awalnya Yukai berniat langsung menuju ke kota kelahirannya, kota Pierre, setelah berwisata mengunjungi situs kuno "The Temple of Brahma-Vana" di kota Fightlesstown sebelum kembali ke kota Kurenai. Namun nasib berkata lain, tas yang berisi uang miliknya malah ketinggalan di angkutan umum yang ia naiki, beruntung seorang teman penduduk lokal yang dikenalnya dalam perjalanan tersebut, yang bernama Abimanyu, menawarkan Yukai untuk singgah dirumahnya selama beberapa hari. Rumah Abimanyu terletak di sebuah desa kecil yang dikelilingi area persawahan sejauh mata memandang di pinggiran kota Fightlesstown yang kehidupan penduduknya sangat dibawah kecukupan. Listrik pun masih belum tersebar dengan baik sehingga di malam hari banyak titik di desa tersebut yang cukup gelap. Keramahan penduduk dan perdamaian di desa tersebut seakan membuat Yukai tak mampu percaya bahwa ia akan dihadapkan lagi pada kasus pembunuhan. Yang terbunuh adalah pak Adiwangsa, istri ibu Parwati, dan juga tetangga Abimanyu. Keponakan-keponakan ibu Parwati dari luar kota yang sudah beberapa tahun tidak bertemu dengan ibu Parwati sudah beberapa hari ini menginap di rumah bibinya. Kasus berawal ketika Abimanyu bersama keponakan-keponakan ibu Parwati yang baru kembali dari nonton menemukan jenazah pak Adiwangsa di kamarnya, terbunuh secara kejam dengan senjata tajam. Sementara itu ibu Parwati ditemukan tertidur dalam lemari kecil yang terkunci dari luar di kamar yang sama. Abimanyu -yang sebenarnya tidak mengetahui tentang DSI maupun DAM- langsung mengabari Yukai via ponsel ketika jenazah ditemukan. Dua menit kemudian Yukai yang sudah sampai di lokasi langsung mencoba mengetahui jam kematian korban dengan menguji rigor mortis dengan cara standar yaitu mengangkat kelopak mata, menekan rahang, dan dengan lembut menekuk leher dan berbagai sendi tubuh korban. Tubuh korban masih hangat, dan kelopak matanya terasa mulai mengalami kekakuan meski masih sedikit, sehingga kemudian ia menyimpulkan bahwa korban telah terbunuh 2,5 hingga 3,5 jam sebelumnya. Namun Yukai baru bisa mengorek keterangan dari ibu Parwati keesokan harinya. Keterangan dari ibu Parwati tentang hari kejadian : Pada hari kejadian pukul 4.20 pm, ia dibantu Santika membuat teh dan kopi untuk diminum bersama keponakan-keponakannya. Kemudian pada pukul 4.40 pm keponakan-keponakannya pun berangkat bersama Abimanyu. Karena merasa mengantuk akhirnya ibu Parwati kemudian memilih tidur. Ia terbangun karena mendengar suara barang didalam kamar dipecahkan, dan ketika itu ia sadar bahwa ia berada di dalam lemari kecil yang memaksa kakinya berada dalam posisi tertekuk. Yang memecahkan barang-barang ternyata adalah sesosok yang hanya bisa ia lihat dari celah lemari yang membatasi jarak pandangnya. Ia tak bisa melihat wajah sosok tersebut karena lampu kamar dimatikan dan satu-satunya sumber cahaya adalah pintu kamar yang setengah terbuka, memberikan suasana remang-remang pada kamar tersebut. Karena kaget dengan apa yang terjadi, ibu Parwati ketika itu reflek berteriak. Sosok itu kemudian berkali-kali menghujamkan entah apa yang dibawanya pada tubuh suami ibu Parwati, diiringi lantunan merdu suara adzan dari masjid di luar. Kemudian, sosok itu duduk di sebuah kursi menghadap korbannya dan membelakangi lemari tempat ibu Parwati terkurung. Dan setelah mata ibu Parwati terbiasa dengan kegelapan, ia bisa melihat punggung sosok berkebaya putih itu, hantu ibunya yang membenci pak Adiwangsa, yang kembali dari alam kubur duduk terdiam dalam posisinya selama 15 atau 20 menit, kemudian mendekati lemari tempat ibu Parwati berada, melakukan sesuatu yang menghasilkan suara ketukan-ketukan pada pintu lemari. Dan itu adalah hal yang terakhir diingat ibu Parwati sebelum ia kembali pingsan bersamaan dengan terciumnya bau sesuatu yang menusuk hidungnya.Pada hari ke-55 puasa ibu Parwati ternyata membuahkan hasil, hantu ibunya datang, melenyapkan orang yang menjadi beban masalah bagi ibu Parwati. Sementara itu terdapat beberapa saksi yang memperkuat keterangan ibu Parwati, yaitu beberapa bapak yang sebelumnya berada di warung kopi beberapa puluh meter dari rumah ibu Parwati sempat melihat wanita berkebaya putih berjalan-jalan di sekitar rumah ibu Parwati dan kemudian masuk. Para saksi mengatakan kejadian itu mungkin sekitar pukur 6.40 pm karena berbarengan dengan adzan Isya'. Keterangan tentang masing-masing karakter : - Pak Adiwangsa:
Kurus, seluruh tubuhnya lumpuh dan tak bisa bicara. Pak Adiwangsa yang merupakan suami ibu Parwati selama ini terus berada di kamar karena sakit, di masa sehatnya ia bukan suami yang kasar terhadap istri meski ia juga bukan suami yang bertanggung jawab karena tidak bekerja dan malah membiarkan istrinya yang bekerja keras. Pak Adiwangsa sangat dibenci oleh orang tua dan kakak adik ibu Parwati. Berbeda dengan ibu Parwati yang tetap dicintai keluarganya meski setelah ibu Parwati menikah tanpa restu keluarga, karena ibu Parwati terkenal berhati lembut di mata keluarga.
- Ibu Parwati:
Rumahtangganya dengan Pak Adiwangsa tidak bahagia, meski sudah 10 taun menikah mereka tidak dikaruniai anak, usahanya mulai bangkrut, dan belakangan ini suaminya pun sakit-sakitan. Seluruh penderitaannya terpancar dari tubuhnya yang kurus dan kecil. Meski begitu bisa terlihat ia sangat mencintai suaminya. Ibu Parwati berasal dari keluarga kaya yang tidak merestui pernikahannya dengan Pak Adiwangsa sehingga ibu Parwati merasa tidak punya muka untuk meminta bantuan finansial kepada keluarganya dan bahkan menyembunyikan keadaannya yang sesungguhnya terhadap keluarganya, rumah besar yang ditinggalinya saat inipun adalah rumah yang ia beli sendiri sebelum ia menikah dengan pak Adiwangsa sekaligus mungkin satu-satunya harta berharganya yang tersisa. Demi melepaskan diri dari semua permasalahn hidupnya, ia meminta bantuan seorang paranormal terkenal di kota tersebut yang bernama Ki Praji Kasurung Bayu Ageng Mabur Ora Saged Mudun. Ki Praji Kasurung Bayu Ageng Mabur Ora Saged Mudun menyarankan ibu Parwati untuk berpuasa tanpa sahur dan menyisihkan waktu untuk bersemedi setiap hari selama 77 hari. Di hari ke-43, pada suatu sore setelah siang hari yang sangat terik, ibu Parwati melihat sosok wanita berkebaya putih di luar rumah sedang melihat kearah dirinya, ibu Parwati beranggapan wanita berkebaya putih tersebut adalah roh ibunya karena ia mengenali kebaya putih yang menjadi khas ibunya dan memberitahukan seluruh keponakannya yang sedang asik bermain ps tentang kejadian tersebut. Namun mereka semua hanya menganggap ibu Parwati kelelahan. Di malam hari ke-50, ibu Parwati kembali melihat sosok ibunya tersebut saat ia berada di dapur dan melihat ke luar jendela. Saat itu ia sedang mempersiapkan makan malam dibantu oleh Santika, dan karena kali ini Santika juga melihat sosok tersebut, akhirnya semua orang mulai percaya tentang apa yang dilihat ibu Parwati. Ibu Parwati memiliki kebiasaan menyatukan kunci semua kamar dalam 1 gantungan dan selalu membawanya kemana-mana. Kali ini Santika terpaksa percaya karena setelah melihat sosok tersebut Santika langsung meminta pada ibu Parwati yang tengah shock untuk tetap di dapur sementara ia sendiri mengatakan akan keluar mengejar sosok tersebut, namun tidak menemukannya. Santika dalah satu-satunya orang yang pernah diberitahu ibu Parwati bahwa ibu dari ibu Parwati telah memberikan kebaya tersebut pada ibu Parwati sebelum meninggal dunia. Kembalinya ke dapur, Santika bergegas menanyai ibu Parwati yang masih shock tentang tempat disimpannya kebaya tersebut dan meminta kunci kamar tempat kebaya tersebut tersimpan. Namun saat ia kembali, kabar yang ia bawa membuat ibu Parwati yang masih di dapur semakin terkejut karena ternyata kebaya tersebut telah raib.
Keterangan dari Abimanyu tentang alibi keempat keponakan ibu Parwati di hari pembunuhan: Pada hari kasus terjadi, Abimanyu yang sudah kenal akrab dengan keponakan-keponakan ibu Parwati diajak oleh Bayu menonton penayangan perdana sebuah film yang diputar pada pukul 5.15 pm di sebuah gedung bioskop yang jaraknya sekitar 15 menit berkendara dari rumah ibu Parwati. Yukai tidak ikut, tentu saja, karena jumlah tiket yang dibeli sudah pas. Bayu sudah membeli tiket sejak kemarin sehingga mereka tidak perlu mengantri. Semua keponakan ibu Parwati ikut menonton dan berangkat bersama-sama dari rumah ibu Parwati dengan sepeda motor masing-masing pada pukul 4.40 pm kecuali Tirta. Tirta yang tidak suka genre film yang diputar memilih berjalan-jalan di kota sekitaran bioskop tersebut. - Agni/f:
Sedikit bertengkar dengan Bayu setelah film berakhir karena Agni sempat 2x bolak-balik keluar masuk theatre padahal sebelum film dimulai, Bayu sudah menyuruh semua orang untuk ke toilet. Menurut Abimanyu, sebenarnya Agni hanya 1x pergi ke toilet, yaitu pada saat film baru dimulai. Tidak sampai 10 menit kemudian, dalam kegelapan Abimanyu melihat siluet Agni yang kembali ke kursinya di sebelah kiri Santika. Sialnya bagi Abimanyu, Bayu yang duduk di sebelah kiri Abimanyu langsung melampiaskan kekesalannya dengan meracau di dekat telinga Abimanyu sehingga Abimanyu tidak bisa berkonsentrasi menonton film saat itu, racauan tersebut berisi kejengkelan Bayu atas Agni yang mestinya tidak ditujukan pada dirinya. Yang kedua, Agni kembali keluar dari theatre karena nampaknya ia mendapat telepon karena Abimanyu mendengar suara getaran ponsel dari arah tempat Agni duduk. Begitu Agni beranjak berdiri, sekali lagi Abimanyu menjadi korban racauan Bayu. Telepon yang diterima Agni tersebut ternyata berasal dari Tirta yang meminta Agni menyampaikan pada yang lain untuk langsung ke karaoke yang berjarak 4-5 bangunan dari gedung bioskop tersebut setelah film usai. Menemukan jenazah korban bersama yang lain saat sampai di rumah pada pukul 8.20 pm.
- Santika/f:
Santika menonton film sejak awal dengan tenang tanpa banyak bicara sambil sesekali berdehem dan tampaknya cuek-cuek saja dengan Bayu di sebelah kanannya yang sempat berisik. Pada pukul 7.15 pm ketika film usai, Santika bersama yang lain langsung menuju karaoke yang diberitahukan Tirta kepada Agni di telepon. Menemukan jenazah korban bersama yang lain saat sampai di rumah pada pukul 8.20 pm.
- Bayu/m:
Tampaknya diantara semua orang, dialah yang paling ingin menonton film tersebut. Itu bisa dilihat karena tiket yang ia bagikan kepada saudari-saudarinya telah ia beli sejak hari H -2 pemutaran film. Sempat meracau karena terganggu oleh Agni saat Agni kembali dari toilet dan saat Agni keluar lagi dari theatre untuk mengangkat telepon. Menurut Abimanyu, sebenarnya sejak awal Bayu sudah menyuruh semua orang ke toilet sebelum film diputar namun Agni tidak menurut. Kemudian Bayu mengomel lagi saat Agni akan keluar dari theatre untuk yang kedua kalinya sambil mengetuk jam di tangan kiri Abimanyu yang samar-samar di kegelapan menunjukkan pukul 6.10 pm sambil mengomel : "Lihat ! baru sekitar satu jam dia sudah keluar dua kali". Pada pukul 7.15 pm ketika film usai, Bayu bersama yang lain langsung menuju karaoke yang diberitahukan Tirta kepada Agni di telepon. Menemukan jenazah korban bersama yang lain saat sampai di rumah pada pukul 8.20 pm.
- Tirta/f:
Dia adalah satu-satunya orang yang alibinya tidak bisa dipastikan oleh Abimanyu. Dua hal yang pasti, info yang didapat dari pegawai karaoke menunjukkan bahwa pada pukul 5.25 pm dia datang ke karaoke dan memesan tempat untuk jam 7 pm. Dia datang pada jam 7 pm dan tidak keluar ruangan sama sekali. Pada pukul 7.15 pm lebih sedikit dia didatangi oleh Abimanyu dan yang lain, dan pada pukul 8 pm, dia pulang ke rumah bersama yang lain. Menemukan jenazah korban bersama yang lain saat sampai di rumah pada pukul 8.20 pm.
- Dark Mousy wrote:
Gini dehh, berkaitan dengan posisi Tirta yang paling rentan kecurigaan, Ibu Parwati menegaskan bahwa tangan si pelaku polos, padahal pada punggung tangan kanan Tirta terdapat tanda lahir sebesar koin, dan pada tangan kirinya terdapat bekas luka. Tirta juga memiliki 11 tahi lalat di kedua tangannya. Level : Easy (aku bahkan udah kasih tau gamblang hasil perkiraan kematian korban)
Terakhir diubah oleh Dark Mousy tanggal Sun Apr 22, 2012 6:15 pm, total 2 kali diubah |
| | |
Pengirim | Message |
---|
Klauzerafin Newbie
Age : 31 Reputation : 0 Jumlah posting : 44 Lokasi : Balamb Garden
| Subyek: Re: File 4 : Mysticism in a Murder Tue Apr 24, 2012 10:05 pm | |
| Jika memang pelakunya lebih dari 1 orang, berarti ada persekongkolan antara Santika dan pelaku lain untuk membunuh pak Adiwangsa, Santika mengetahui soal kebaya tersebut, saat di hari ke-43 ia merencanakan agar Ibu Parwati melihat sosok ibunya yang berkebaya, dengan kebaya yang mirip namun tidak sama. Dengan ... yang menyamar sebagai sosok ibunya Ibu Parwati. Lalu di hari ke-50 ia berencana mengambil kebaya asli milik ibunya Ibu Parwati tersebut untuk melakukan pembunuhan Pak Adiwangsa, ia kembali memunculkan sosok wanita berkebaya, ikut melihat sosok berkebaya itu dan meminta kunci kepada Ibu Parwati, tentunya dalam keadaan shock Ibu Parwati dengan mudahnya memberikan kunci tersebut. Ia mengambil kebaya tersebut dan menyerahkannya kepada ... , dan berkata kepada Ibu Parwati bahwa kebaya tersebut sudah hilang. untuk bagian yg dikosongkan, aku masih perlu beberapa bukti lagi siapa tepatnya yg membantu Santika |
| | | Dark666
Reputation : 1 Jumlah posting : 87
| Subyek: Re: File 4 : Mysticism in a Murder Wed Apr 25, 2012 4:43 pm | |
| Woahhh, bener kata Loki, fatal nihh fatal, warui warui... Ternyata aku missed bagian itu... -_- Sebagai gantinya aku kasih clue besar dehh disini :
Di hari ke-55 itu Santika memaksa bibinya berhenti berpuasa karena kesehatan beliau yang tidak memungkinkan untuk melanjutkan puasa dan karena gula darah ibu Parwati yang sudah jadi lumayan rendah sejak pertengahan puasanya.
Lagi dehh cluenya :
1. Bu Parwati melakukan puasa 2. Dari siapa Yukai mendapat keterangan tentang para ponakan tersebut ?
Once again : 1. Bu Parwati melakukan puasa
Edit :
Loki nanya proporsi tubuh
Semuanya hampir sama yang cewek, selain Santika, Santika rada gemuk Kalo Bayu, kayak si Madmann gitu lahhh, kalo Yukai, dia imut, kalo Abimanyu, badannya kecil |
| | | Loki Expectant
Age : 30 Reputation : 1 Jumlah posting : 34
| Subyek: Re: File 4 : Mysticism in a Murder Wed Apr 25, 2012 9:36 pm | |
| tunggu, waktu yukai dipanggil untuk memeriksa mayat pak adiwangsa itu sekitar jam 8.20 kan ? terus waktu kematian sekitar 2,5 - 3,5 jam yang lalu, ini berarti kematian korban sekitar jam 4.50 - 5.50 pm kan ? 4.40 = para ponakan berangkat ke bioskop, bu parwati tidur 5.40 = adzan magrib 6.40 = adzan isya dan kesaksian bapak" di sekitar situ yang mengatakan melihat sosok berkebaya putih . berarti pembunuhan terjadi pada saat adzan magrib dong ? sesuai dengan perkiraan kematian korban oleh yukai . dari data diatas, kejadian pembunuhan seiring dengan adzan . nah jam 5.40 ini lah menurutku pembunuhan terjadi . sedangkan sosok yang diliat bapak" sekitar pada saat adzan isya itu, mungkin adalah si tirta yang ga jelas kemana . dan pada waktu pembunuhan terjadi (menurut saya itu saat adzan magrib), bu parwati kan cuma sadar sebentar, lalu dia pingsan kembali . nah berarti bu parwati ga benar" tau saat adzan apa pak adiwangsa dibunuh kan ? jadi menurut saya begini : - Spoiler:
santika disini fungsinya ada 3, pertama dia yang ngambil kebaya ibunya bu parwati . kedua, dia yang maksa bu parwati untuk membatalkan puasanya dan kasih obat tidur ke minuman bu parwati . ketiga, dia sebagai penghalang bagi bayu dan abimanyu (sesuai dengan posisi duduk yg dikatakan dimas : agni, santika, bayu, abimanyu) agar mereka berdua tidak bisa melihat kearah agni saat di bioskop . nah, jadi mungkin yang bunuh pak adiwangsa itu si agni, sedangkan yang dilihat bapak" disekitar itu adalah tirta . kok bisa ?
gini, waktu dibioskop agni ga nurut dengan perkataan bayu, yang menyuruh semuanya ke toilet dulu sebelum film dimulai . nah, film diputar kan jam 5.15, belum lama film diputar, agni keluar dengan alasan ke toilet kan ? (kita perkirakan saja waktunya pukul 5.25, yaitu disaat tirta memesan tempat karaoke, jadi TIRTA punya alibi berkat penjaga karaoke) lalu, belum sampai 10 menit, dia sudah kembali dari toilet . mungkin, yang kembali dari toilet bukan agni, melainkan tirta . karna di bioskop pasti gelap, dan abimanyu hanya melihat siluet agni yang kembali ke kursinya . disini mungkin agni langsung pergi ke rumah bu parwati dengan kebaya putih, dan mengangkat bu parwati ke dalam lemari, serta membunuh pak adiwangsa . barang pecah itu mungkin biar bu parwati terbangun, dan mengetahui bahwa kejadiannya pas adzan . lalu dia mendekat kearah lemari, dan mengetuk" lemari untuk membuat bu parwati pingsan . kemudian, setelah memastikan bu parwati pingsan, dia kembali mengganti bajunya, lalu pergi ke bioskop lagi, dan langsung menelpon tirta . abimanyu mendengar suara hp berdering dari kursi agni, lalu si agni palsu (tirta) keluar bioskop untuk berganti posisi dengan agni (asli) .
nah setelah ini, barulah si tirta mengenakan kebaya yang tadinya dipakai agni, untuk membuat seolah" ada seseorang berkebaya putih di daerah rumah bu parwati, dan dilihat oleh bapak" di sekitar situ . sehingga, kita boleh sebut begini, rencana mereka berhasil! barulah agni yang asli, masuk ke bioskop seperti semula . jadi, yang pertama kali masuk bioskop itu agni, kemudian ke toilet untuk bertukar posisi dengan tirta, lalu menerima telpon untuk bertukar posisi lagi dengan agni . jadi pelakunya ada 3 orang, tirta, santika, agni .
nah gimana Dark666 ? udah menyentuh kebenaran case belum ? hampir mati mikir ane =='' |
| | | Madmann Newbie
Reputation : 2 Jumlah posting : 175 Lokasi : Areca Island
| Subyek: Re: File 4 : Mysticism in a Murder Thu Apr 26, 2012 8:48 am | |
| sepertinya lebih baik klo mendengar alibi dari para ponakan dari mereka lansung . apa itu memungkinkan, dark? |
| | | Dark666
Reputation : 1 Jumlah posting : 87
| Subyek: Re: File 4 : Mysticism in a Murder Thu Apr 26, 2012 2:38 pm | |
| Setelah berdiskusi dengan Madmann , yang berasal dari kota Areca dan saat ini kuliah di Elephant General University di Fightlesstown, dan Loki yang juga berasal dari kota Areca, melalui internet akhirnya 80% misteri pun terpecahkan. Akhirnya sebelum pulang, Yukai mengumpulkan keempat keponakan ibu Parwati tanpa sepengetahuan ibu Parwati dan Abimanyu dan memulai pertunjukkan analisis. Semua terhenyak mendengar analisa Yukai, hingga akhirnya membuat Santika protes, "Jadi kau mengatakan kami bertiga bersekongkol untuk membunuh pak Adiwangsa ?!" "Tidak, bukan bertiga", Yukai menghisap rokoknya, "melainkan berempat, jika kita lihat lebih teliti maka kita akan mendapat beberapa hal yang ganjil : 1. Mengapa Bayu mengajak Abimanyu ? (" Pada hari kasus terjadi, Abimanyu yang sudah kenal akrab dengan keponakan-keponakan ibu Parwati diajak oleh Bayu...") 2. Mengapa Bayu meminta semua orang ke toilet sebelum pemutaran film ? 3. Mengapa posisi tempat duduk sangat pas untuk trik ini ? (" Itu bisa dilihat karena tiket yang ia bagikan kepada saudari-saudarinya telah ia beli sejak hari H -2 pemutaran film") 4. Agni keluar 2x dan masuk lagi 2x, namun kenapa Bayu hanya meracau saat Agni kembali dari toilet dan saat Agni keluar lagi dari theatre untuk mengangkat telepon ? (" Sempat meracau karena terganggu oleh Agni saat Agni kembali dari toilet dan saat Agni keluar lagi dari theatre untuk mengangkat telepon.") 5. Kenapa yang jadi sasaran racauan Bayu adalah justru Abimanyu ? jawabannya adalah, " lanjut Yukai, " jawaban pertanyaan pertama karena Bayu membutuhkan orang lain untuk dijadikan saksi alibi kalian, jawaban pertanyaan kedua adalah karena Bayu tidak mau Abimanyu mondar-mandir ke toilet di tengah pemutaran film karena bisa gawat jika Abimanyu menyadari bahwa Agni berubah menjadi Tirta, jawaban pertanyaan ketiga, jelas karena Bayu sendiri yang telah mengatur tempat duduk saat ia membeli tiket, dan jawaban pertanyaan keempat dan kelima adalah, untuk mengalihkan perhatian dan arah tatapan mata Banyu supaya tidak menyadari trik bertukar tempat Agni dan Tirta." "Kebayanya ! Bagaimana dengan kebayanya ?! Tidak mungkin kebaya yang dikenakan saat membunuh masih putih bersih dari darah sehingga tidak mungkin kebaya tersebut dikenakan pada pukul 6.40 ! ", sahut Tirta panik. "Untuk trik ini, kesaksian yang kalian perlukan dari para tamu di warung kopi tersebut hanyalah bahwa pada jam tersebut mereka 'melihat wanita berkebaya putih', dan bukan 'melihat wanita yang mengenakan kebaya putih milik ibu Parwati' karena toh para bapak tersebut tidak tau bagaimana rupa kebaya ibu Parwati, kesimpulannya kalian pasti telah menyiapkan kebaya putih lain sebelumnya." Semua terdiam, yang ada hanya keheningan, mereka tau mereka dalam masalah. Lalu, seakan bermaksud memungut serpihan kesempatan lolos yang ada, Bayu memecah keheningan dengan pertanyaannya, "Lalu, bagaimana dengan sosok yang dilihat bibi pada hari ke 43 dan sosok yang dilihatnya bersama Santika ?" Yukai tersenyum lalu berkata, "Aku sama sekali tidak bisa menemukan trik yang kalian lakukan untuk hal itu, tapi... itu kalau sosok tersebut memang bagian dari trik kalian kan ?" "Apa maksudmu ?", sahut Santika "When you have eliminated the impossible, whatever remains, however improbable, must be the truth", senyum penuh arti tersirat di wajah Yukai ,"sosok yang terlihat di hari ke 43 sudah jelas bukan salah satu dari kalian. Artinya kita memiliki 4 alternatif jawaban yaitu, hantu, yang dengan pisau Ockham kita bisa mengeliminasi kemungkinan ini, atau orang lain yang mengenakan kebaya putih, sekali lagi dengan pisau Ockham, ketiadaan indikasi keterlibatan orang lain membuat kita tidak seharusnya langsung melompat pada kesimpulan ini. Kemungkina lain adalah bahwa ibu Parwati berbohong, ada kemungkinan untuk itu namun, jika kita lihat sejenak keadaan ibu Parwati ketika itu, berpuasa puluhan hari, kurang nutrisi, gula darah menurun, siang hari yang terik, kondisi psikologis yang rapuh karena problematika kehidupan, kesimpulan terbaik dari semua alternatif yang ada adalah bahwa ibu Parwati telah berhalusinasi" Seakan sudah menyadari tak ada lagi celah mengelak, Santika berbisik lirih, "Benar, sama sekali tidak ada yang salah dari ucapanmu, ketika pertama bibi mengatakan ia melihat sosok nenekku kami menjadi merasa khawatir, kami merasa pastilah itu akibat tekanan batin yang dialaminya. Lalu ketika bibi melihat sosok nenek untuk kedua kalinya saat bersamaku di dapur, pikiran gila ini muncul begitu saja dikepalaku. Andaikan pak Adiwangsa tidak ada, itu akan jauh meringankan bibi, selain itu bibi bisa tinggal dengan keluarga kami. Sekarang, " Santika menghela napas, "apa yang akan kau lakukan pada kami ? melaporkan kami pada polisi ?" Yukai bisa merasakan mata mereka berempat tertuju padanya, "Aku sudah mendengar tentang kehidupan ibu Parwati dari Abimanyu", kata Yukai, "juga tentang pak Adiwangsa, yahhh, lagipula aku malas dimintai keterangan oleh polisi, selain itu aku juga harus segera pergi dari kota ini". "Apa maksudmu ? Aku tau kau adalah detektif", erang Bayu. "Bagimu, aku adalah detektif", sahut Yukai sembari melangkah memunggungi mereka menuju pintu, "bagi orangtuaku, aku adalah anak mereka, bagi teman-temanku, aku adalah sahabat mereka, tapi bagiku, aku hanyalah aku", Yukai menyelesaikan kalimatnya, kemudian menghilang dibalik pintu bersama kepulan asap rokok. Kitsune Masueru : 0.1 CSP karena menyadari pelaku lebih dari 1 serta urutan tempat duduk. Madmann : 0.1 CSP karena telah menanyakan pertanyaan penting untuk pemecahan kasus. Loki : 0.6Sisanya 0.2 point tidak diberikan pada siapapun karena tidak ada yang menyadari bahwa Bayu juga terlibat dan juga sosok hantu yang dilihat ibu Parwati. End of Case Case SolvedCASE CLOSED ! |
| | | Amakaze Case Solver
Reputation : 11 Jumlah posting : 448
| Subyek: Re: File 4 : Mysticism in a Murder Thu Apr 26, 2012 6:57 pm | |
| |
| | | Sponsored content
| Subyek: Re: File 4 : Mysticism in a Murder | |
| |
| | | | File 4 : Mysticism in a Murder | |
|
Similar topics | |
|
| Permissions in this forum: | Anda tidak dapat menjawab topik
| |
| |
| |
|