Cherrémio Chii Newbie
Age : 28 Reputation : 5 Jumlah posting : 265
| Subyek: Agatha Christie MISTERI DI STYLES (chap.12) Mon Mar 28, 2011 3:35 pm | |
| 12. MATA RANTAI TERAKHIR KEPERGIAN Poirot yang tiba-tiba itu membuat kami semakin ingin tahu, Minggu pagi telah tiba—tapi Poirot belum muncul juga. Tetapi kira-kira pukul tiga siang, kami mendengar suara ribut di luar. Ternyata Poirot keluar dari mobil diikuti oleh Japp dan Summerhaye. Laki-laki kecil itu sama sekali berubah. Wajahnya bersinar dengan rasa puas. Dia membungkuk berlebihan di depan Mary Cavendish. "Nyonya, apakah saya diperbolehkan mengada¬kan pertemuan di ruang keluarga? Setiap orang perlu hadir di sana." Mary tersenyum sedih. "Anda tahu bukan, Tuan Poirot, bahwa kami memberi keleluasaan penuh pada Anda untuk melakukan apa saja?" "Anda sangat baik, Nyonya." Dengan wajah masih berseri, Poirot menggiring kami masuk ke ruang keluarga, sambil mengatur kursi untuk kami. "Nona Howard—di sini. Nona Cynthia. Tuan Lawrence. Dorcas. Dan Annie. Bien \ Kita harus menunda acara sebentar untuk menunggu Tuan Inglethorp. Saya sudah mengirim surat agar dia datang." Nona Howard segera berdiri dari kursinya. "Kalau orang itu masuk rumah ini, saya akan keluar!" "Tidak, tidak!" Poirot mendekati dia dan membujuk dengan suara rendah. Akhirnya Nona Howard kembali ke kursinya. Beberapa menit kemudian Alfred Inglethorp masuk. Setelah semua berkumpul, Poirot berdiri dari kursinya dengan sikap seorang penceramah populer. Dia membungkuk dengan sopan kepada para pendengarnya. "Messieurs, Mesdames, seperti Anda ketahui, saya datang ke rumah ini karena diminta oleh Tuan John Cavendish untuk menyelidiki kejadian tragis ini. Yang pertama-tama saya lakukan adalah memeriksa kamar Almarhumah yang terkunci rapat dan dalam keadaan sama seperti ketika tragedi itu terjadi. Saya menemukan: satu, sepotong kain berwarna hijau. Dua, bekas kotoran di karpet dekat jendela. Tiga, sebuah dos kosong bekas bubuk bromide. "Kita bicarakan potongan kain hijau dulu. Saya menemukannya tersangkut di gerendel pintu yang menghubungkan kamar Almarhumah dengan kamar Nona Cynthia. Saya menyerahkan potong¬an tersebut pada polisi tapi mereka tidak menganggap itu penting. Rupanya mereka juga tidak tahu asal potongan tersebut, yang sebenarnya adalah sobekan ban lengan dari baju kerja." Terdengar gumam para pendengar. "Hanya ada satu orang yang bekerja di pertanian ini—yaitu Nyonya Cavendish. Karena itu pasti Nyonya Cavendish yang masuk ke dalam kamar Almarhumah melalui pintu penghubung ter¬sebut." "Tapi pintu itu digerendel dari dalam!" seru saya. "Ketika saya memeriksa kamar tersebut, memang begitu. Tapi sebelumnya kita hanya percaya pada perkataannya saja, karena dialah yang mencoba membuka pintu itu dan mengata¬kannya terkunci. Pada waktu semuanya kalang-kabut dia pasti punya kesempatan untuk mengge-rendelnya diam-diam. Karena itu saya mencocok¬kan bukti yang saya dapat. Ternyata potongan kain itu sama dengan sobekan yang terdapat pada ban lengan baju kerja Nyonya Cavendish. Di dalam pemeriksaan, Nyonya Cavendish juga mengatakan bahwa dia mendengar suara meja jatuh dari kamarnya. Saya membuktikan pernyataan tersebut dengan menempatkan kawan saya, Tuan Hastings, di depan kamar Nyonya Cavendish. Saya sendiri berada di dalam kamar Almarhumah dengan beberapa polisi dan dengan sengaja menjatuhkan daun meja yang lepas itu. Seperti telah saya duga, ternyata Tuan Hastings tidak mendengar apa-apa. Ini menambah keyakinan saya, bahwa Nyonya Cavendish tidak mengatakan yang sebenarnya paaa waktu pemeriksaan. Sebaliknya saya yakin, bahwa Nyonya Cavendish tidak berada di kamarnya sendiri tetapi di kamar Almarhumah ketika bel berbunyi." Saya melirik Mary. Dia pucat, tetapi tersenyum. "Saya terus bekerja berdasarkan asumsi terse¬but. Nyonya Cavendish berada di dalam kamar ibu mertuanya. Anggap saja dia mencari sesuatu yang belum ditemukannya. Tiba-tiba Nyonya Ingle¬thorp terbangun karena kesakitan. Tangannya yang terentang akan menarik bel menyentuh daun meja yang goyang. Lilin Nyonya Cavendish terlempar jatuh karena dia terkejut. Tetesan lilin mengotori karpet. Nyonya Cavendish cepat-cepat mengam¬bil lilinnya lalu masuk ke kamar Nona Cynthia. Dia cepat-cepat ke koridor agar pembantu jangan sampai melihatnya berada di tempat itu. Tapi ternyata dia terlambat! Dia mendengar langkah-langkah kaki yang melewati gang menuju ke kamar Almarhumah. Apa yang dilakukannya? Secepat kilat dia kembali lagi ke kamar gadis itu dan menggoyanggoyangkan badannya agar bangun. Orang-orang lainnya terlalu sibuk mencoba membuka pintu kamar Nyonya Inglethorp, sehingga tidak berpikir mengapa Nyonya Caven¬dish tidak datang bersama-sama dengan mereka. Hal ini menjadi lebih jelas lagi ketika saya tanyakan, karena ternyata tak seorang pun yang melihatnya datang dari sayap rumah yang berlawanan. Apakah benar demikian, Nyonya?" Mary Cavendish menganggukkan kepalanya. "Benar sekali yang Anda katakan, Tuan. Kalau seandainya dengan menceritakan hal itu saya bisa membebaskan suami saya, maka saya pasti sudah menceritakannya dari kemarin. Tetapi kelihatan¬nya hal itu tidak memberi pengaruh apa-apa terhadap pembebasannya." "Anda benar, Nyonya. Tetapi dengan mengakui kebenaran fakta tersebut, setidaknya akan mem¬bantu saya menentukan sikap, karena apabila saya tahu bahwa asumsi saya benar, saya bisa melihat fakta-fakta lain dengan lebih jelas." "Surat wasiat!" seru Lawrence. "Kalau begitu kau yang memusnahkan surat itu, Mary?" Mary menggelengku! kepala. Juga Poirot. "Bukan," kata Poirot tenang. "Hanya ada satu orang yang punya kemungkinan memusnahkan wasiat itu—Nyonya Inglethorp sendiri." "Tidak mungkin!" seru saya. "Dia baru saja membuatnya sore itu!" 'Tetapi memang dialah yang melakukannya. Karena, tak ada alasan lain lagi untuk menjelaskan mengapa pada hari yang sangat panas itu Nyonya Inglethorp justru menyuruh pelayannya menyala¬kan api di kamarnya." Saya tersentak. Alangkah tololnya saya. Tak pernah terpikir sama sekali hal itu! Poirot melanjutkan, 'Temperatur pada hari itu adalah 80° F. Tapi Nyonya Inglethorp minta agar api di kamarnya dinyalakan! Mengapa? Karena dia ingin memus¬nahkan sesuatu dan tak terpikir olehnya cara lain ecuan membakarnya. Anda semua tentunya masih ingat, bahwa pada saat sulit seperti ini, penghematan sangat digalakkan dan memang dipraktekkan di Styles. Tak selembar kertas bekas pun terbuang. Karena itu tak ada yang bisa dilakukan untuk memusnahkan kertas tebal seperti formulir surat wasiat kecuali dengan membakarnya. Pertama kali saya mendengar bahwa Nyonya Inglethorp minta agar api dinyalakan, saya segera menyimpulkan bahwa dia ingin memusnahkan suatu dokumen berhar¬ga—-mungkin sebuah surat wasiat. Jadi saya tidak terlalu heran ketika menemukan sepotong kertas bekasnerbakar. Tentu saja pada saat itu saya belum tahu bahwa surat wasiat itu baru saja dibuat sorenya. Dan saya akui, bahwa ketika saya tahu fakta tersebut, saya membuat kesalahan. Saya menyimpulkan bahwa keputusan Nyonya Ingle¬thorp untuk memusnahkan surat wasiat itu disebabkan oleh pertengkarannya pada sore itu dan bahwa pertengkaran itu terjadi setelah dan bukan sebelum dia membuat surat wasiat. "Di sini saya keliru dan saya terpaksa melepaskan ide tersebut. Saya menghadapi per¬soalan itu dari sudut yang lain. Pada jam 4, Dorcas mendengar Nyonya Inglethorp berkata, 'Jangan dikira bahwa publisitas skandal suami-istri akan membuatku mundur.' Saya menebak, dan ternyata benar, bahwa kata-kata tersebut tidak ditujukan pada suaminya tetapi pada Tuan John Cavendish. Satu jam kemudian, pada jam 5 sore, Nyonya Inglethorp mengulangi kata-kata yang hampir sama, tapi dengan tujuan berbeda. Dia mengatakan pada Dorcas, 'Aku tak tahu harus berbuat apa. Skandal antara suami-istri benar-benar mengeri¬kan.' Pada jam 4 dia marah, karena persoalan orang lain. Tapi pada jam 5 dia marah dan dalam keadaan tertekan dan sedih. "Dari sudut psikologi, saya membuat suatu deduksi yang saya rasa benar. Skandal kedua yang dia katakan tidaklah sama dengan yang pertama, karena yang kedua menyangkut dirinya sendiri! "Mari kita rekonstruksi. Pada jam 4, Nyonya Inglethorp bertengkar dengan anaknya dan mengancam untuk memberi tahu istrinya—yang kebetulan mendengar sebagian besar percakapan itu. Pada jam 4.30, sebagai akibat percakapan tersebut, Nyonya Inglethorp membuat sebuah surat wasiat baru yang mewariskan hartanya kepada suaminya. Surat wasiat itu ditandatangani kedua tukang kebun sebagai saksi. Pada jam 5, Dorcas melihat nyonyanya sedang gelisah meme¬gang selembar kertas— katakanlah 'surat'. Pada saat itulah Nyonya Inglethorp memerintahkan Dorcas menyalakan api. Jadi, antara jam 4.30 dan jam 5, ada sesuatu yang telah terjadi yang menyebabkan perubahan total seluruh perasaan¬nya, karena pada saat itu dia berkeinginan untuk mengubah surat wasiat tersebut. Apakah sebenar¬nya yang terjadi? "Setahu kita, Nyonya Inglethorp sendirian di kamar kerjanya pada waktu tersebut. Tak ada seseorang yang masuk atau keluar ruangannya. Jadi ada apa? "Kita hanya bisa menebak. Tapi saya merasa bahwa tebakan saya benar. Nyonya Inglethorp tidak punya perangko di mejanya. Kita tahu hal ini, karena kemudian dia menyuruh Dorcas untuk membelinya. Di sudut lain, dalam ruangan itu ada meja suaminya—yang terkunci. Nyonya Ingle¬thorp memerlukan perangko. "Bayangan saya, dia mencoba membuka meja suaminya dengan kuncinya. Ternyata bisa. Ke¬mudian dia mencari-cari perangko di dalamnya. Tetapi ternyata dia menemukan sesuatu yang lain—yaitu selembar kertas yang dilihat Dorcas digenggam nyonyanya, kertas yang isinya tidak diperuntukkan bagi Nyonya Inglethorp. Sebalik¬nya, Nyonya Cavendish menganggap bahwa kertas yang digenggam ibu mertuanya itu merupakan bukti tertulis dari ketidaksetiaan suaminya. Dia meminta kertas itu dari Nyonya Inglethorp, tapi Nyonya Inglethorp meyakinkan¬nya bahwa surat itu tak ada hubungannya dengan persoalan Nyonya Cavendish. Nyonya Cavendish tiflak percaya. Dia mengira bahwa Nyonya Inglethorp berusaha melindungi anaknya. Nyonya Cavendish adalah seorang yang berpendirian keras. Di balik sikapnya yang pendiam, dia sangat cemburu pada suaminya. Dia memutuskan untuk mendapatkan kertas tersebut dengan cara apa pun. Kesempatan baik rupanya datang. Dia kebetulan menemukan kunci tas Nyonya Inglethorp yang hilang, dan dia tahu bahwa Ibu mertuanya itu menyimpan semua surat-surat penting di tas tersebut. "Karena itu, Nyonya Cavendish membuat rencana. Pada suatu malam dia melepas gerendel pintu yang menghubungkan kamar Almarhumah dengan kamar Nona Cynthia. Barangkali dia juga ^ memberi minyak atau pelumas di lubang kunci pintu itu karena ketika saya cek, pintu tersebut dapat terbuka tanpa suara. Dia menangguhkan rencananya sampai pagi, karena dia meras.a lebih j aman pada waktu pagi. Para pelayan biasa mendengar dia bangun sekitar jam itu. ' Dia memakai baju kerja ladang, lalu diam-diam menuju kamar Nona Cynthia." Dia berhenti sejenak. Cynthia menyela, *\ "Tentunya saya akan terbangun kalau ada seseorang masuk ke kamar saya." "Tidak kalau Anda dibius, Nona." "Dibius?" "Mais, out V' "Barangkali Anda semua masih ingat betapa \, nyenyak Nona Cynthia tidur, ketika yang lain ribut di dekat kamarnya. Ada dua kemungkinan yang menyebabkannya. Pertama adalah pura-pura—dan saya rasa itu tidak benar—yang kedua adalah dibius." "Untuk kemungkinan kedua ini, saya membuk¬tikannya dengan memeriksa semua cangkir kopi dengan hati-hati. Nyonya Cavendish-Iah yang membawa cangkir kopi Nona Cynthia pada malam sebelumnya. Saya mengambil contoh sisa kopi dari masing-masing cangkir itu dan menganalisanya— tanpa hasil. Saya juga menghitung semua cangkir. Enam orang dengan enam cangkir kopi. Sudah pas. "Kemudian saya baru tahu bahwa saya membuat kekeliruan. Sebenarnya ada tujuh dan bukan enam orang yang minum kopi, karena pada malam itu Dokter Bauerstein datang. Hal ini mengubah segalanya, karena ada sebuah cangkir yang hilang. Para pembantu tidak tahu, karena Annie yang menyiapkan tujuh cangkir tidak tahu bahwa Tuan Inglethorp tidak minum kopi, sedangkan Dorcas yang membersihkan cangkir kopi esok paginya menemukan enam cangkir seperti biasanya—atau tepatnya dia menemukan lima cangkir, sedangkan yang satu hancur berantakan di kamar Nyonya Inglethorp. "Saya yakin bahwa cangkir kopi yang hilang itu adalah cangkir Nona Cynthia. Keyakinan saya itu diperkuat oleh satu hal yaitu semua kopi yang ada pada cangkircangkir itu mengandung gula se¬dangkan Nona Cynthia tidak pernah minum kopi dengan gula. Perhatian saya tertarik pada cerita Annie yang mengatakan bahwa dia melihat sejumput garam di nampan coklat yang selalu dibawanya naik ke kamar Nyonya Inglethorp. Saya mengambil contoh sisa coklat tersebut untuk dianalisa." "Tapi Dokter Bauerstein kan telah melakukan¬nya," sela Lawrence. "Dokter Bauerstein memang meminta agar cokiat tersebut dianalisa, tapi dia hanya ingin tahu apakah cairan itu mengandung strychnine atau tidak. Dia tidak minta agar coklat itu dianalisa untuk mengetahui adanya narkotika, misalnya." "Narkotika?" "Ya. Ini laporan analisnya. Nyonya Cavendish memberikan narkotika yang tidak berbahaya tapi cukup efektif, kepada Nyonya Inglethorp dan Nona Cynthia. Dan karena itulah dia merasa gelisahi Bayangkan perasaannya ketika tiba-tiba ibu mertuanya sakit dan meninggal. Dia ketakutan karena mengira bahwa perbuatannyalah • yang menyebabkannya walaupun dia tahu bahwa obat itu aman. Dia menjadi kacau dan dengan pikiran kalut dia m elemparkan cangkir kop i Nona Cynthia ke sebuah vas tembaga besar. Cangkir itu kemudian ditemukan oleh Tuan Lawrence. Nyonya Cavendish tidak berani menyentuh sisa coklat karena akan terlalu banyak mata yang melihatnya. Bayangkan bagaimana dia merasa lega ketika akhirnya dinyatakan bahwa strychnine-lah yang menyebabkan kematian Nvonya Inglethorp, dan bukan perbuatannya. "Kita sekarang tahu mengapa akibat peracunan strychnine bisa tertunda begitu lama. Karena narkotika yang diberikan bersama strychnine memang bisa menunda reaksinya selama beberapa jam." Poirot berhenti sejenak, Mary memandangnya. Wajahnya sudah tidak pucat lagi. "Apa yang Anda katakan semuanya benar, Tuan Poirot. Saat itu merupakan saat yang paling menegangkan dalam hidup saya dan saya tak akan melupakannya. Tapi Anda memang luar biasa. Saya mengerti sekarang—" "Apa yang saya maksud ketika saya mengatakan bahwa Anda bisa mengaku dosa pada Pastor Poirot? Tapi Anda tidak mau mempercayai saya." "Sekarang saya mengerti," kata Lawrence. "Coklat yang diberi narkotika bercampur dengan kopi beracun akan menunda reaksi." "Tepat. Tapi apakah kopi itu beracun? Di sini Juja terbentur pada suatu kesulitan, karena Nyonya Inglethorp tidak minum kopi itu," "Apa?" hampir semuanya berteriak bersama keheranan. "Benar. Anda ingat saja pernah mengatakan saya menemukan noda bekas kopi di karpet? Ada sesuatu yang khusus pada noda tersebut. Noda itu masih lembab, basah, dan berbau kopi tajam sekali. Di samping menemukan noda tersebut, saya juga menemukan pecahan cangkir. Apa yang telah terjadi tidak terlalu sulit untuk dibayangkan, karena belum ada dua menit setelah saya meletakkan tas kecil saya di meja Nyonya Inglethorp, daun meja tersebut bergoyang dan jatuh bersama tas saya di tempat yang sama dengan tempat saya menemukan pecahan cangkir. Rupa¬nya setelah sampai di kamarnya, Nyonya Inglethorp meletakkan cangkir kopinya di meja yang sama dan cangkir itu jatuh—pecah. "Apa yang terjadi kemudian adalah dugaan saya saja. Nyonya Inglethorp mengambil pecahan cangkir dan meletakkannya di meja dekat tempat tidurnya. Karena ingin minum sesuatu yang hangat, dia kemudian memanaskan coklat dan meminumnya. Persoalan yang timbul adalah begini. Kita tahu bahwa coklat itu tidak mengandung strychnine, sedangkan kopi itu tidak diminumnya. Padahal strychnine itu pasti dimi¬numnya antara jam tujuh dan jam sembilan malam itu. Jadi medium apa yang bisa menyembunyikan rasa strychnine tapi yang tak pernah kita curigai?" Poirot memandang berkeliling dan menjawabnya sendiri dengan impresif, "Obatnya sendiri!" "Maksudmu strychnine itu dimasukkan si pembunuh ke dalam toniknya?" seru saya. "Tidak. Dia tidak perlu melakukan hal itu. Strychnine itu ada di dalam tonik itu sendiri. Strychnine yang membunuh Nyonya Inglethorp adalah sama dengan yang diberikan Dokter Wilkins. Supaya jelas akan saya bacakan paragraf sebuah buku dari Ruang Obat Red Cross Hospital di Tadminster. 'Resep ini sangat dikenal dalam buku teks, Strycbninae Sulph gr.I Potass Bromide 3vi Aqua ad 3viii Fiat Mistura Dalam beberapa jam, larutan ini bisa mengendap¬kan garam strychnine sebagai bromida yang tidak dapat larut dan membentuk kristal transparan. Seorang wanita telah meninggal karena minum campuran yang sama: strychnine yang mengendap di dasar botol. Dengan meminum larutan ter¬akhir, dia meminum hampir seluruh endapan!' "Sekarang, dalam resep Dokter Wilkins me¬mang tidak ada bromida, tapi barangkali Anda masih ingat bahwa saya pernah menyebutkan satu kotak bubuk bromida yang telah kosong. Satu atau dua butir bubuk apabila dimasukkan ke dalam botol obat Nyonya Inglethorp akan mem¬punyai efek yang sama, yaitu menyebabkan peng¬endapan strychnine di dasar botol. Mungkin Anda juga masih ingat bahwa orang yang me¬nuang obat Nyonya Inglethorp harus sangat berhati-hati agar botolnya tidak terguncang. "Dalam kasus ini, sudah direncanakan bahwa tragedi itu akan terjadi pada hari Senin. Pada hari itu kabel bel Nyonya Inglethorp telah dipotong dengan hati-hati, dan pada malam itu Nona Cynthia tidur di rumah kawannya, sehingga Nyonya Inglethorp benar-benar berada di savap kanan sendirian—tanpa alat komunikasi. Dengan demikian tak akan ada bantuan apa pun apabila dia memerlukannya. Akan tetapi, karena tergesa-gesa pergi ke sebuah acara, Nyonya Inglethorp lupa minum obatnya. Besok siangnya dia makan siang di rumah kawannya. Jadi akhirnya dosis terakhir yang fatal itu diminum 24 jam lebih lama dari yang direncanakan oleh si pembunuh. Tetapi karena penundaan itulah mata rantai terakhir— dari peristiwa ini—sekarang berada dalam geng¬gaman saya." Di tengah tarikan napas para pendengar, Poirot mengeluarkan tiga lembar kertas. "Sebuah surat yang ditulis oleh pembunuh itu sendiri, mes amis i Seandainya isi surat ini lebih jelas, Nyonya Inglethorp pasti terhindar dari bahaya." Dalam keheningan, Poirot menyambung ketiga sobekan surat dan sambil berdehem dia membaca, " 'Evelyn tersayang, Kau pasti ingin tahu apa yang terjadi. Semuanya beres. Hanya saja rencana itu akan terjadi malam ini, bukannya kemarin. Kau pasti mengerti. Apabila si Tua itu sudah meninggal semuanya akan menyenangkan. Tak seorang pun akan bisa menudingkan jari padaku. Idemu tentang bromi¬da itu memang hebat! Tapi kita harus sangat berhati-hati. Satu langkah keliru—' "Surat itu terhenti di situ. Pasti si penulis merasa terganggu. Tapi identitasnya sangat jelas. Kita semua tahu tulisan tangannya dan—" Sebuah geraman seperti suara halilintar meme¬cah kesunyian. "Setan! Dari mana kau dapat itu?" Sebuah kursi terbalik. Poirot mengelak ke samping dengan cepat dan si penyerang roboh ke lantai. "Messieurs, Mesdames, saya perkenalkan Anda pada si pembunuh, Tuan Alfred Inglethorp!"
|
|